Lihat ke Halaman Asli

Asap Mewarnai Langit Kotaku

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sejak memasuki musim kemarau yang panjang sekali  asap mulai menghantui kota ku. Hujan lebat sehari pun tidak cukup untuk menghapusnya bahkan cuma bertahan 2 hari saja cuaca cerah lalu hari yang ketiga mulai berkabut. Hal ini di karenakan pembakaran dan pembersihan lahan, serta kebakaran lahan ditambah pula tanah yang bergambut karena biasanya api cuma padam di bagian atasnya saja tapi di bagian bawahnya masih hidup, kecuali jika ada hujan selama berberapa hari.

Sebenarnya masyarakat di Kalimantan Tengah sudah biasa dengan kabut asap ini, tapi yang luar biasanya tahun ini cuaca nya begitu panas entah berapa derajat suhu sekarang. Sesudah lebaran kemarin cuaca berangsur-angsur meningkat intensitas panasnya dan syukur saja selama Ramadhan kemarin cuaca nya masih bisa berteman. Bahkan kipas angin sampai tidak terasa, bahkan 2 hari berturut2 terpaksa memindahkan jadwal mandi sepulang kerja karena cuaca yang begitu teriknya ditambah asap pula, lengkap deh.

Mungkin hal ini dikarenakan pohon yang akarnya sebagai salah satu penyerap air banyak yang hilang digantikan tanaman perkebunan yang lebih boros menyerap air, sehingga resapan air hujan menjadi kurang dan tanah pun lebih panas dan pantulan  panasnya yang langsung mengarah ke manusia yang mendiami di atasnya.

Bahaya ISPA juga sebagai momok di cuaca berasap seperti ini, tapi untung lah hal ini masih tidak separah ketika waktu sekolah dulu, sekitar tahun 1995 kota ku pernah mengalami kabut yang pekat bahkan saking pekatnya sampai waktu berangkat jam 6 dari rumahku yang cuma memakan 10 menit naik sepeda ke SMPku dulu harus  memakan waktu hampir setengah jam jadinya, bahkan sempat tersesat oleh mengikuti sepeda orang di depanku yang ternyata berbelok ke arah rumah temannya pagi itu. Sampai sekolahku pun sempat terlewat karena cuma mengandalkan feeling dimana arah sekolahku sebenarnya. Hal ini juga pernah terulang beberapa tahun yang lalu di mana sekolah tempatku bekerja sempat di libur kan selama beberapa minggu karena kabut asap ini. Bahkan jarak pandang mobil cuma 1,5 m saja dengan sorotan lampu jarak jauh, selain kesehatan terganggu hal ini juga mengganggu aktivitas penduduk di tempatku dalam melaksanakan berbagai pekerjaannya.

Sebaiknya setiap manusia yang mendiami tanah di atasnya harus bijak dan lebih arif dalam mengelola alam dan melestarikannya sehingga masalah asap, banjir, tanah longsor, kekeringan tidak menjadi momok bagi manusia itu sendiri. Mulai lah dari hal yang kecil seperti membuang sampah pada tempatnya dan memisahkan sampah yang basah dan kering yang mana salah satunya bisa dijadikan kompos untuk tanaman sehingga tidak perlu dibakar selalu. Selain kandungan minyak bumi kita juga tidak berlimpah seperti negara lainnya juga sebagai langkah penghematan dan pendisiplinan serta berpartisipasi ikut serta dalam menjaga kelangsungan hidup semua makhluk hidup di atas bumi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline