Lihat ke Halaman Asli

Organisasi Yang Punya Jam Malam Buat Perempuan Gak Asik!

Diperbarui: 11 Februari 2021   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya adalah mahasiswi di kampus politeknik yang enggak terkenal-terkenal banget. Kalau disebut daerahnya orang bakal bilang “Oh. Deket UI ya?”, saya cuma bisa bilang “Iya. Belakang UI. Tanahnya juga masih punya UI”. Dan juga ada yang bilang “Oh. PNJ ya?”. Padahal PNJ dan Polimedia berbeda. Banyak yang ngira kalau ini adalah politeknik yang sama. Oh. Ya! Jadi ngelantur kemana-mana!

Walapun kampus saya gak terkenal-terkenal amat. Tapi, saya cukup bangga. Gak ada jarak di tongkrongan sama organisasi buat perempuan! mau nginep di sekretariatan? BOLEH!. Mau ikut nongkrong, juga BOLEH  ! Ya walaupun kalau ada perempuan yang mencalonkan diri untuk menjadi ketua himpunan mahasiswa masih kena nyinyir sih, “Jadi wakil aja deh lo?”, “Lo yakin mau nyalonin ketua?” ya kurang lebih begitu deh.

Seenggaknya kampus saya gak kaya kampus yang udah terkenal tapi, punya penerapan “Jam Malam” buat perempuan. Apalagi sampai pengurus organisasinya pas branding di sosial media dijadiin muka anime, diblur, opacitynya direndahin, sizenya juga dikecilin (ya buat yang tahu-tahu aja deh ini dari kampus mana aja, hahaha).

Jadi, ini berawal dari saya yang mau konsol aksi nasional di kampus tersebut. Itu baru sekitar jam delapan malam. Posisi saya ikut konsol ini juga untuk  mengantikan ketua BEM dan kadep sospol yang berhalangan hadir saat itu. Saya saat itu emang ditemenin sama temen cowok juga sih satu, cuma dia dari bagian kominfo dan baru pertama kali ikut konsol. Takutnya dia bosen atau bingung sama percakapan di konsol tersebut.

Nah, yang saya kagetin ternyata di sekretnya mereka ada “jam malam untuk perempuan" jadi, saya sama temen-temen perempuan yang lainnya gak dibolehin ikut. Wah gila, kaget banget dong saya, beda banget sama kultur di kampus. Pada saat itu, bersama tiga perempuan dari yang kultur kampusnya hampir sama dengan saya. Kami udah bilang dengan berbagai alasan. Tapi, ya tetap saja enggak bisa. Dan akhirnya dengan sedikit kesal dan masih agak enggak menerima sampai saat ini.

Saya ikut bersama perempuan-perempuan lainnya, dan kami pergi ke salah satu mall dekat kampus tersebut. Ini bagian yang paling aneh! Perempuan yang terusir dari rapat tersebut akhirnya pergi ke mall dan makan di salah satu restoran fast food sampai jam mall nya tutup. Saya benar-benar menggerutu dan kesal di dalam hati. “Kalau sampai malem juga kenapa gak ikut rapat aja sih sekalian” karena saya minoritas di antara ukhti-ukhti tersebut, saya hanya bisa menggerutu di dalam hati (Ya, memang cemen). Tapi, saya ingat betul ketika salah satu perempuan dari kampus itu berkata “Yang cowok mah kalau nginep bisa sampai berhari-hari. Udah kaya rumah sendiri”. Saya bingung, jujur sampai saat ini. Apa perempuan-perempuan yang di dalam organisasi tersebut tidak merasa aturan itu sebagai bentuk diskriminasi? atau mereka justru bahagia dengan adanya jam malam tersebut?. Tapi, kalau saya sih mending langsung cabut jauh-jauh! Gak asik banget buat dilanjutin. Apalagi buat pihak perempuannya!

Saran saya sih, mending langsung cari organisasi yang gak ada diskriminasi buat salah satu gender. Alasan diskriminasi dengan bilang “memuliakan” itu basi banget. 

Ya ini mah, opini pribadi dan curhat ajasih, kalau emang ada yang tersinggung, minta maaf deh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline