Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Bulbul

Diperbarui: 14 September 2021   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

wikipedia.org

Aku menelan kunci pintu kamarmu. Salah satu yang kamu berikan kepadaku bertahun-tahun lalu, ramping bergigi dan berderak di kunci kuningan yang berderit setiap kali kumenyelipkannya.

Ketika aku melihat ke dalam matamu, tak lagi terlihat wajahku tertulis di sana. Profilmu dikelir oranye oleh jilatan cahaya lilin padam dalam diam di meja sudut. Saat itulah aku tahu hatimu milik orang lain kini.

Mulutmu tidak lagi terbuka dalam bisikan merah anggur ketika aku melingkarkan jariku di tenggorokanmu dan mencium keningmu.

Napasmu telah dicuri saat aku mengintip melalui lubang kunci ke kamar tidurmu, untuk melihatmu tidur tapi menemukanmu terjaga. Kamu duduk di meja rias menyenandungkan lagu burung bulbul saat menyisir rambut dalam cahaya lampu tempat tidur, bersiap untuk lena dengan stoking sutra. 

Jadi aku mengambil kuncimu dan menyembunyikannya. Pertama di saku celanaku, lalu laci meja samping tempat tidurku, tempat kamu tidak bisa memberikannya kepada orang lain.

Aku bisa mendengar mereka di malam hari saat kutidur. Kenangan ciuman yang dicuri dari payudaramu, permainan bulu mata yang malu-malu seperti cabang dedalu menangis Adalah bisik tipuanmu, seperti benih buah pahitmu yang mengendap di punggung otakku yang gelisah, di akar dan simpul keriput. 

Itu adalah pengakuan perselingkuhanmu yang menyebar dahan lebar saat aku bermimpi membakar rumah dan stoking sutra putihmu. Menyebar di jari-jari lelah dedaunan layu di ketinggian musim kemarau, meracuni pikiran saat kutidur.

Kamu tidak mengatakan apa-apa tentang itu, di rumah tua yang berderit dengan lubang kunci dan selasar. Kamu menari dengan jari-jari lentik terawat baik dan gaun pesta putih bersih, gaun rok lebar berputar naik turun di atas stoking. Kamu dan janjimu. Tapi aku tahu janji ini kosong seperti pandangan mata tanpa cintamu padaku.

Rambutmu bagai kepulan asap, berjatuhan anak tangga yang berputar tanpa henti. Jalur hitam melingkar yang kupanjat untuk menyentuh tiara di atas kepalamu dan mencium kening sebelum Anda tidur. Seperti halnya pelamar lain setiap kali mereka meminta pelukanmu di luar pintu kamar tidur.

Kamu tidak membicarakannya, dan jika kamu melakukannya, aku tidak akan mendengarnya, kecuali bisikan beracun ini. Aku menelan kuncimu dan benihnya bersamanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline