Lihat ke Halaman Asli

Memahami Komunikasi Empatik dalam Menggabungkan Perasaan Bersama Pikiran

Diperbarui: 18 Januari 2022   06:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Awan Junico Takarama

Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Manusia menampilkan isyarat empati semenjak balita serta akan tumbuh lebih lanjut pada masa anak- anak serta anak muda. Tetapi, tingkatan empati seorang bisa jadi tidak sama dengan orang lain. Sebagian orang gampang beresonansi, serta sebagian orang susah mencoba. 

Empati merupakan keahlian buat menguasai perasaan orang lain, memandang dari sudut pandang orang lain, serta membayangkan dirinya di tempat orang lain. 

Empati memainkan kedudukan penting dalam membangun serta memelihara ikatan antara orang- orang serta mengaitkan komunikasi dengan tujuan tertentu yang informatif serta persuasif.

Komunikasi empatik mengacu pada komunikasi yang didasarkan pada kesadaran akan perasaan, perhatian, dan perhatian komunikator. Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan dalam komunikasi empatik adalah bagaimana memahami orang lain. Jangan sebaliknya, mengharapkan orang lain mengerti terlebih dahulu. 

Tentunya sikap ini harus bersifat timbal balik agar dapat menghasilkan saling pengertian. Berdasarkan premis ini, pihak terkait akan berkomunikasi dengan empati, sehingga tidak sulit untuk menumbuhkan sikap memahami perasaan pihak lain dengan pemikiran dalam bentuk komunikasi.

Komunikasi lebih dititikberatkan padan konsepsi tentang manusia dalam persepktif psikologis humanistik. 

Dipaparkan dalam Rakhmat ( 2006: 30- 32) yang mengutip sebutan Martin Buber dengan istilah" I- it Relationship" yang menampilkan ikatan individu dengan individu, bukan individu dengan barang, ataupun subjek dengan subjek, bukan subjek dengan objek

Pikiran adalah semua proses yang berlangsung di otak, baik menerima informasi dari panca indera maupun menanggapi informasi dari lingkungan sebagai kerangka berpikir atau persepsi. 

Kita tidak dapat mengetahui isi perasaan seseorang, tetapi kita dapat dengan mudah mengetahui apakah seseorang sedang berpikir, yaitu dari perubahan fisiologis dalam tubuhnya. Perubahan suasana hati seperti sering gelisah dan murung, sulit berkonsentrasi, kurang percaya diri, kesepian dan depresi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline