Lihat ke Halaman Asli

Avif Fernanda

Mahasiswa biasa

Mengejar Fajar ke Goa Cemara

Diperbarui: 8 Juni 2021   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Pribadi

Rimbunan pohon cemara itu berjajar rapi membangun kanopi yang mampu meredam teriknya sinar mentari. Tak ayal orang-orang lantas menyebut tempat itu sebagai gua daripada wujud aslinya yang sesungguhnya.

Perjalanan saya mengejar fajar bermaksud untuk mencari damai di antara sejuknya embun-embun pagi. Dengan mengendarai kendaraan roda dua sembari menancapkan headset di telinga.

Saya kembali menjadi seorang petualang penyendiri yang berusaha menggali arti di tengah kesunyian alam duniawi. Bertujuan ke selatan Jogja atau lebih tepatnya ke daerah Bantul bagian selatan, kali ini saya mengalamatkan destinasi wisata ke Goa Cemara.

Sesuai dengan judulnya, saya mengambil perjalanan ini di kala pagi setelah subuh. Selain untuk menikmati hawa pagi yang masih sejuk, juga untuk menghindari kebiasaan tidur pagi yang meski nikmatnya aduhai namun katanya bisa membuat rezeki seseorang hilang dipatok ayam. 

Dari situ saya pun menyiasatinya dengan mengubah liburan saya dari yang sebelumnya mengarungi pulau kapuk yang empuk diganti dengan menjelajahi pagi ke Goa Cemara yang sejuk.

Goa Cemara ini terletak di Patihan, Gadingsari, Sanden, Bantul, Yogyakarta. Untuk mencapai tempat ini sangat gampang, tidak perlu kelokan yang berbelit-belit dan buka tutup google maps yang kadang bikin njelimet. 

Cukup hanya dengan mengikuti jalan siratal mustakim alias asal lurus saja mengikuti Jalan Bantul ke arah selatan niscaya kita akan sampai ke tempat tujuan. 

Dengan menempuh waktu sekitar 30 menit berkendara dan tak lupa ditemani senandung merdu lagu folk dalam negeri khas anak indie, saya melaju bersama motor kesayangan saya membelah pagi demi mengejar kedamaian yang hakiki.

Foto: Dokumentasi Pribadi

Kala hampir mendekati lokasi tujuan wisata, terdapat pos retribusi sebagai gerbang masuk menuju alam surgawi di seberang sana. Biasanya para pelancong perlu merogoh kocek sekitar 5.000 rupiah untuk mobil dan 3.000 rupiah untuk motor agar bisa masuk ke daerah wisata. 

Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi anak soleh seperti saya. Rezeki pagi hari dengan tidak lanjut molor seusai subuh tadi benar-benar membuat rezeki saya tidak jadi hilang dipatok ayam. 

Kejadian ini terbukti ketika saya tidak perlu repot-repot membayar pajak retribusi untuk sampai ke destinasi. Hal ini dikarenakan pada saat itu hari masih sangat pagi, sehingga para petugas retribusi yang berjaga masih belum siaga di posisi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline