Lihat ke Halaman Asli

ilham aufa

Wiraswasta, Penulis Lepas

Perempuan yang Merindu Lelaki Itu

Diperbarui: 11 Juni 2017   03:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wahai engkau yang selalu diceritakan

Siapakah dirimu sebenarnya?
Yang mengaku laki-laki tapi meninggalkan perempuan yang sangat mencintai
Meski waktu berlalu tiga dekade lebih
Di antara cerita dan air mata yang tak pernah berhenti akan kehilanganmu

Yang aku tahu,
Wahai engkau yang selalu dimuliakan
Kebesaranmu semasa hidup yang sesaat, Menghayati perempuanmu untuk bekerja tanpa kenal lelah, serasa kau melindunginya dari segala mara bahaya

Wahai engkau yang selalu didoakan
Siapakah dirimu sebenarnya?
Yang mengaku ayah
tapi tega meninggalkan anak-anakmu
Bahkan saat mereka masih belum memahami warna warni

Yang aku tahu,
Wahau engkau yang dipanggil suami belahan hati
Adalah kerinduan yang tiada henti dari istri jelita
Yang menitikkan titik air matanya saat ia membutuhkan bahumu
Selalu menyembunyikan, saat anak-anak butuh senyuman dari aang ibu
Dan hanya mengalir deras
Saat anak anak dari buah hatimu terlelap dalam tidurnya yang lugu

Usiamu saat itu,
Tak tua-tua amat, meski mudamu sudah mulai memudar
Tapi aroma kehadiranmu terlalu kuat ada
Meski telah lama ketiadaanmu.

Aroma itu mewangikan semua anak-anakmu.
Juga istrimu yang tiada henti berharap dan menangis
Saat berdoa akan kehidupan selanjutmu di alam yang berbeda.

Kemarin,
Istrimu menghadap yang Kuasa.
Cita citanya terkabul untuk bertemu denganmu
Setelah kau tinggal di usia mudanya, dengan titipan 6 anak dari tetesan air sucimu

Maka,
Raihlah tangannya
Peluklah dirinya
Dampingi dirinya
Untuk menuju surgaNya bersamamu.

Sebab ia adalah seorang perempuan biasa
Anak dari petani yang tak kaya harta
Juga tak punya pengetahuan luas tentang agama
Ia hanya bangga, mendapat titipan harta luar biasa
Berupa anak anak yang lucu yang belum tahu apa-apa tentang dunia

Ia hanya bangga, bisa merawatnya seorang diri dari usia dini
Dengan peluh dan keringatnya sendiri
Sampai semua anak-anakmu bisa kukuh berdiri
Meneruskan nasab-nasab keturunan hanya berbekal tekad dan warisan kitab2 di almari

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline