Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Audi Pratama S

Good Life for me

Pilkada Serentak sebagai Perwujudan Demokrasi dan Anti Korupsi

Diperbarui: 27 Februari 2020   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tulisan ini hadir untuk mengikuti event Komunitas Penulis Hukum UMSU

"Pilkada Serentak sebagai Perwujudan Demokrasi dan Anti Korupsi"

Perwujudan Pilkada Serentak tanpa politik uang

Muhammadaudi1999@gmail.com

Pendahuluan

Sunguh sebuah konsep lomba yang menarik, yaitu membahas tentang pilkada serentak yang lebih menjurus terhadap ketiadaan politik uang didalamnya. Bicara soal ini sangatlah berat penulis kira, karna sudah bukan rahasia lagi permasalahan uang didalam peristiwa pilkada sendiri. Ongkos politik dinegeri ini sangatlah mahal banyaknya unsur yang memengaruhi hal itu seperti, masyarakat yang membutuhkan uang sebagai penunjang hidupnya, ada pula masyarakat yang mementingkan kepentingan pribadi untuk menjalankan hidupnya, padahal disisi lain adanya kewajiban dirinya untuk memenuhi kepentingan masyarakat umum. Zaman ke zaman kerusakan budaya Masyarakat Indonesia semakin kacau, budaya oligarki dan sistem nepotisme ditanamkan dalam dalam, ah sudahlah berharap pemerintah sekarang sama saja seperti berharap ingin pergi ke tata surya sana. Disini penulis akan lebih menjurus menuliskan hal yang dirasakan penulis mengenai hal hal yang menjadi bumbu didalam pilkada dan beberapa pernyataan tentang Mahalnya Ongkos politik di negeri ini dan Tumbuh dengan perubahan budaya lebih baik, yang mungkin dapat membuka pola pikir kita sebagai generasi penerus bangsa untuk melanjutkan penghidupan bangsa di negeri ini.

Pembahasan

Mahalnya Ongkos Politik

Mahalnya ongkos politik menimbulkan titik titik orang yang terkait didalamnya melakukan prilaku koruptif, tidak usah basa basi karena pasti mereka membutuhkan dana yang sudah mereka keluarkan saat melakukan kegiatan kegiatan sebagai harapan untuk menang pastinya. Seperti Pernyataan

"Kementrian dalam negeri menyebutkan , calon bupati saja atau calon wali kota membutuhkan dana Rp 20 Milyar hingga Rp 100 Milyar untuk memenangi pilkada."[1]

Ongkos politik berasal dari dana pribadi mereka sendiri dan ada pula ongkos politik yang timbul dari partai politik yang dia tempati karena ada beberapa hal yang wajib diberikan kepada kadernya untuk proses pemajuan dirinya dan wadahnya tersebut. Saya rasa bicara soal politik sama dengan bicara soal kepentingan tapi eitss, kepentingan yang bagaimana? Harusnya kepentingan umum masyarakat banyak tapi nyatanya kepentingan pribadi mereka juga sangat banyak. Sungguh ironi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline