Lihat ke Halaman Asli

Mencintai Perbedaan

Diperbarui: 20 Juni 2021   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan ini terlahir terpicu oleh pengalaman yang sama sama kita rasakan. Bukan untuk dibahas lagi tetapi cukup dirasakan saja. Dalam kurun waktu sebulan belakangan ini dunia kehidupan bangsa ini dimeriahkan (cara pandang positip) oleh opini dan berita peristiwa ini:.

Seputar KPK dan Wawasan Kebangsaan/Pancasila

Berita Timur Tengah , Palestina - Israel - Sikap Indonesia.

Opini terhadap Batalnya Naik Haji ( selesai Kemenlu Pastikan Ibadah Haji 2021 Hanya untuk Orang-orang yang Tinggal di Arab Saudi (msn.com) )

Pajak Sembako, dengan opini tanggapan dsb.

Fenomena kripto dan transaksinya dari sudut pandang Islam dibahas oleh pakar-pakar yang membidangi hal tersebut,

Sekali lagi tulisan ini bukan mau membahas dan atau mengajak diskusi tetapi mau merenung saja. Permenungan yang berbagi pengalaman batin hingga menemukan pertanyaan. Pertanyaan yang pasti juga pertanyaan reflektif. Artinya kelanjutannya terserah Yth Pembaca.

Menghadapi pengalaman peristiwa yang bertubi-tubi seperti itu seorang pendeta menarik pembelajaran tentang "dekadensi spiritual bangsa". Bagi saya kok jauh amat. Tetapi seorang pastur mengakui pandangannya pun masih diranah permenungan theologia: "Kita kurang melaksanakan yang sama apa yang Allah memperlakukan kepada kita yaitu mengasihi"  Pertemuan para pendeta, pastur dan cendekiawan Muslim pada suatu ketika mereka merumuskan perlunya : "kita harus merubah cara pandang" dan "menemukan cara nyata aktualisasi Cinta kasih Allah bagi kita kepada sesama."

Kita semua selalu merasakan kenyataan bahwa kehidupan kita berbangsa ini selalu dihadapkan pada pentingnya melihat dan sepaham terhadap adanya perbedaan keyakinan, wawasan dan nilai-nilai. Dan itu harus dilihat bukan hal yang menakutkan tetapi bagaimana semua itu dikelola untuk meraih kebahagiaan dalam kebersamaan.

Maka permenungan ini merambah pada hal-hal teologis, falsafah, tetapi harus berlanjut menuju perubahan kearah sikap-sikap yang prakmatis.

Mencintai perbedaan bukan untuk pelihara permusuhan. Memang ada banyak jenis, bentuk dan cara keberadaan perbedaan dan jenis, bentuk serta cara permusuhan. Semua itu ada didalam alam semesta maupun dalam kehidupan manusia. Bahkan didalam kepribadian manusia penuh dengan dinamika cinta dan permusuhan bersamaan dengan proses perubahan perbedaan-perbedaan yang hidup bergerak terus..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline