Lihat ke Halaman Asli

Astatik Bestari

Astatik ketua PKBM Bestari Jombang Jawa Timur

Pelabelan Pelakor Tanda Rendahnya Melek Literasi Digital

Diperbarui: 25 Februari 2021   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kemajuan teknologi digital memudahkan manusia dapat mengakses informasi dengan cepat. Baik informasi itu dibutuhkan atau tidak, teknologi digital mampu menyajikan semuanya. Semakin melek literasi digital, kemampuan mengungkapkan isi hati dan pikiran seharusnya lebih baik di sosial media. Setujukan?

Pada catatan ini saya ambil contoh tentang sebutan pelakor ( perebut laki orang). Entah mulai kapan ada sebutan ini, yang pasti sebutan tersebut enteng diungkapkan di sosial media oleh siapapun yang mau menggunakannya.

Dulu ada yang namanya PIL dan WIL. PIL singkatan Pria Idaman Lain, sedangkan WIL adalah Wanita Idaman Lain. Keduanya adalah istilah yang biasa dipakai dalam menyoal dinamika hubungan rumah tangga yang terkoyak karena kehadiran orang ketiga. Kedua singkatan tersebut lebih halus dibandingkan dengan sebutan pelakor.

Jaman dulu informasi tidak sebanyak dan secepat saat ini untuk mendapatkan informasi apapun. Namun orang-orang jaman dulu lebih halus mengungkapkan penyebutan kepada seseorang yang dianggap melanggar norma yang berlaku di masyarakat.

Sejalan dengan perkembangan waktu dan kemajuan teknologi yang pesat, mengapa tiba-tiba WIL dan PIL ini berubah menjadi pelakor. Akronimnya terasa sarkastik. Parahnya lagi hanya dilabelkan kepada perempuan saja.

Ilmu pengetahuan yang diperoleh dari kemajuan teknologi digital rupanya tidak sejalan dengan penggunaan bahasa agar lebih santun. Kemajuan ilmu pengetahuan berkat majunya teknologi digital rupanya belum mampu mengajak penggunanya menghormati harkat dan martabat perempuan.

Sebutan pelakor ini adalah contoh saja bagaimana masyarakat memanfaatkan kemajuan teknologinya. Kenyataannya kini pelakor lebih sering dipakai daripada WIL atau PIL dalam portal berita dan pengguna sosial media di negeri +62 ini yang menyoal keretakan rumah tangga karena kehadiran orang ketiga.

Saya sepakat jika melek literasi digital itu menjadi sebab para pengguna sosial media lebih bijaksana dan cerdas dalam memilih kata ketika mengungkapkan isi hati dan pikirannya di sosial media. Jadi, melek literasi digital tidak saja bisa mengenali kebenaran suatu berita sehingga tidak termakan hoaks saja. Melek literasi digital berarti memiliki kemampuan membudayakan penggunaan kosakata dan istilah kekinian lebih humanis, etis, dan estetis. Melek literasi digital juga diejewantahkan dalam pikiran, perilaku, dan perkataan atau tulisan yang menghormati nilai kemanusiaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline