Ada orang yang beranggapan bahwa belajar bahasa Arab itu berbeda dengan bahasa-bahasa lainnya: karena ia merupakan bahasa sebuah Kitab Suci yang terjaga, maka ada sejumlah syarat dan perlakuan khusus, baik sebelum maupun sedang dan telah mempelajarinya.
Misalnya, sebelum belajar bahasa Arab ia harus berwudu dulu, tidak boleh memiliki hadats kecil apalagi besar, harus mengirim hadiah al-Fatihah kepada orang-orang tertentu; mempelajarinya harus di mesjid atau mushalla, atau pesantren, tidak boleh di sembarang tempat; sesudah mempelajarinya harus ini dan itu. Pokoknya harus ada ritual-ritual tertentu baik sebelum, ketika dan telah mempelajarinya.
Sebenarnya, perlakuan khusus seperti di atas itu tidak ada salahnya, malah justru bisa baik, terpuji, dan memiliki nilai tersendiri. Itu bisa menjadi bagian dari adab belajar atau tatakrama menuntut ilmu.
Namun, jika hal-hal tersebut seolah menjadi syarat dan peraturan yang membatasi gerak dan kesempatan untuk belajar bahasa Arab, maka itu mungkin bisa berlebihan.
Tidak semua orang berada dalam kondis-kondisi positif seperti yang disebutkan di atas. Dan di antara mereka tidak sedikit ada yang mau belajar bahasa Arab.
Karenanya, dalam kondisi apa pun ia berada, di tempat mana pun ia sempat bisa melakukannya, maka saat itulah ia bisa segera mempelajari bahasa Arab. Kesempatan tidak selalu datang berulang.
Oleh sebab itu, sekalipun ritual dan perlakuan itu positif, namun itu tidak harus menghambat keinginan belajar bahasa Arab bagi seseorang yang tidak bisa melakukan perlakukan dan ritual tersebut.
Belajar kapan pun, di mana pun, dengan media apa pun....
Selamat...!!!