Lihat ke Halaman Asli

Asep Setiawan

Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Menikmati Estetika Realitas Kuantum dengan Rasa Spiritual

Diperbarui: 30 Juni 2023   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pendahuluan

Secara instuitif dan subyektif kita sepenuhnya sadar bahwa yang membedakan kita dengan organisme dan spesies lainnya adalah kita memiliki tingkat kesadaran dan tingkat kecerdasan yang paling tinggi. Dengan kesadaran dan kecerdasan itu kita mampu mengembangkan inovasi, mengembangkan kemampuan calistung, menyusun rumus, mengembangkan teori, mempunyai preferensi, mempunyai rasa estetika, mempunyai rasa etika, dan menikmati sisi spiritual yang dalam. Tak ada satu pun spesies yang bisa mencapai apa yang telah kita capai sepanjang keberadaan kita di Bumi. Padahal eksistensi kita di Bumi ini relatif belum lama dan paling baru di antara semua spesies yang ada itu.

Atas dasar itu menjadi syah saja bagi kita untuk menikmati realitas kuantum dari sisi rasa. Rasa estetika, rasa etika, dan rasa spiritual itu bahkan hadir pada setiap produk kebudayaan kita, termasuk juga produk teknologi kita.

Allah sungguh keren sudah menciptakan kita manusia.

Estetika Kuantum

Ketika melihat ke dalam ke realitas kuantum, rasa kagum kita dan rasa takjub kita kepada Allah semakin membuncah. Meluap-meluap dan meledak-meledak tak terkira membuat kita dimabuk cinta spiritual.

Allah sungguh sangat keren dan menakjubkan telah mendesain entitas-entitas kuantum berada dalam keadaan sepenuhnya probabilistik. Entitas-entitas itu berada dalam setiap posisi dan setiap keadaan secara simultan. Kita menyebut fenomena ini sebagai superposition. Kondisi ini bisa tiba-tiba saja kolaps ketika kita lakukan pengukuran. Ini biasa kita sebut sebagai measurement problem. Bagaimana bisa? Bagaimana semua ini terjadi? Sungguh ajaib. Seolah-olah entitas-entitas kuantum itu memiliki mata, rasa, dan kesadaran. Sungguh Allah Maha Besar, Maha Kuasa.

Bagaimana entitas-entitas kuantum itu terikat sedemikian rupa dengan pasangannya sehingga kondisi satu entitas kuantum bisa serta merta mempengaruhi kondisi entitas pasangannya seketika seolah-olah ruang dan waktu tidak ada. Entanglement kita namakan fenomena ini. Ruang dan waktu betul-betul tidak ada, lenyap bagi mereka entitas-entitas kuantum itu, sehingga dipisahkan dalam jarak seberapa jauh pun ikatan itu tidak juga terputus. Sungguh luar biasa.

Entanglement membawa konsekuensi lain yang sangat menakjubkan yaitu sebab dan akibat, serta masa kini dan masa depan dapat terjadi secara bersamaan. Masa lalu bisa diperbaiki dari masa depan. Gila ya. Ini sungguh kreasi yang luar biasa.  Allah memang Maha Besar.

Rasa takjub kita tidak berhenti sampai di situ. Kita perhatikan bahwa entitas-entitas kuantum bisa hadir begitu saja muncul dari ruang kosong. What? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa entitas-entitas muncul dari nihil. Kemudian entitas-entitas itu saling bertabrakan lalu saling meniadakan dan kembali kepada nihil. Menyisakan lonjakan energi. Masya Allah.

Rasa spiritual kita tidak berkurang melihat bagaimana entitas-entitas itu bisa bersifat partikel dan gelombang pada saat yang sama. Bahkan ketika semua entitas-entitas itu kita anggap sebagai gelombang, maka sifat-sifat dirinya sebagai partikel tidak bisa hilang. Sejumlah fenomena bagaimana pun akan lebih baik dijelaskan ketika entitas-entitas itu dianggap sebagai partikel atau materi, bukan sebagai gelombang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline