Lihat ke Halaman Asli

aryavamsa frengky

A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Belas Kasihan atau Cinta yang Tegas, Mana Cara Mendidik Anak yang Tepat?

Diperbarui: 24 April 2023   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orangtua yang tegas pada anak (Sumber: shutterstock)

Suatu ketika di saat para orangtua calon murid mencari sekolah dan bertandang ke sekolah tempat penulis bekerja, mereka menanyakan banyak hal tentang persekolahan. Mereka bertanya dari A sampai Z terkait, mulai murid masuk sekolah hingga pulang sekolah, kurikulum hingga penilaian dan juga tentang kualifikasi guru dan sebagainnya.

Sesi yang menarik sering kali terjadi spontan adalah ketika penulis menanyakan alasan mengapa mau melakukan survei ke sekolah kami, jawaban sederhana para orangtua adalah agar anak kami lebih mandiri, lebih memiliki moralitas yang kuat di zaman yang serba praktis dan mudah ini. Mereka pun mengatakan bahwa mereka direkomendasi kenalan mereka untuk bersekolah di tempat penulis bekerja.

Di sesi pertanyaan ini biasanya penulis menanyakan setelah sesi pertanyaan dari orangtua dirasa selesai, dan tidak ada pertanyaan lain. Selanjutnya adalah waktunya pertanyaan ditujukan ke orangtua calon murid. Nah di sesi ini terjadilah dialog yang cukup dalam terkait pendidikan anak di rumah. Sebagian besar dalam sesi ini, ditemukan bahwa orangtua cukup kaget mendengar hal-hal yang disampaikan oleh penulis kepada orangtua calon murid ini. Apa yang membuat mereka terkaget?

Para orangtua sering kali memberikan segala fasilitas kepada anak-anak mereka, dan mereka berprinsip dengan mengatakan seperti ini, "Pak Frengky, saya dak mau anak saya menderita seperti yang kami rasakan dahulu di usia anak-anak, kami ingin anak kami lebih bahagia sehingga kami memberikan segala hal yang ia inginkan agar ia bahagia". 

Tentu hal ini tidak salah, namun kurang tepat dalam proses pendidikan anak khususnya bagi orangtua yang sudah pasti ingin anaknya menjadi bintang atau menjadi orang yang sukses lahir dan batin. Para orangtua ini perlu diingatkan oleh penulis terkait rumusan formula kesuksesan yang telah mereka raih hari ini.

Penulis katakan kepada mereka, "Pak dan Ibu, formula sukses yang telah terbukti hari ini yang telah papa dan mamaraih hari ini adalah karena mamadan papa dahulu pernah susah, serba terbatas maka mamadan papa akhirnya bisa keluar dari keterbatasan itu karena mamadan papa berjuang untuk keluar keterbatasan itu, alhasil mama dan papa berhasil mencapai titik kesuksesan hari ini, setujukah demikian?". 

Air muka dan ekspresi orangtua calon murid ini seperti tersentak, dan dalam menatap  seakan mengingatkan mereka bahwa perjuangan mereka yang mereka lakukan untuk keluar dari keterbatasan mereka dan berhasil melampauinya adalah sebuah rumusan yang sudah terbukti. 

"Benar juga ya Pak Frengky, masuk akal dan sesuai sekali dengan yang kami alami," respon orangtua secara spontan. 

Penulis melanjutkan dengan sedikit menambah teori tentang bagaimana otak bekerja.

"Papa dan Ibu, otak kita ini bekerja sama seperti otot, jika dilatih ia akan semakin kuat, demikian juga otak kita, semakin diberi latihan ia akan semakin cerdas. Apa latihan otak itu? Otak dapat berlatih jika diberi beban atau stres yang sesuai atau pas takarannya, jika tidak ada beban dalam hal ini tantangan atau stres maka ia sulit bekerja optimal alhasil otak kita akan lumpuh alias membuat kita tidak dapat optimalkan kualitas diri kita."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline