Lihat ke Halaman Asli

Aryanto Husain

photo of mine

Berubah di Tengah Arus Perubahan, Bagaimana Caranya?

Diperbarui: 24 November 2021   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Perubahan itu pasti, dunia birokrasipun tak luput dari perubahan. Triple disruption, technological disruption, millennial disruption dan pandemic disruption, semakin menyadarkan kita kalua perubahan itu nyata. Pemerintah terpaksa bergegas menggulirkan roda transformasi semakin cepat menuju dynamic governance.

Bagi ASN, berubah atau tidak itu bukan lagi pilihan. Mereka pun dituntut menyesuaikan dengan derasnya arus perubahan itu. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, ASN harus berubah meninggalkan pola pikir lama. Seperti kata Presiden Jokowi, tidak ada lagi pola pikir lama, ASN harus berubah!

Kenapa ASN harus segera berubah? Utamanya karena tuntutan terhadap pelayanan publik yang semakin kompleks. Masyarakat membutuhkan respons pelayanan yang cepat. Kecepatan respons ini harus setara dengan kecepatan pengaduan masyarakat yang saat ini begitu cepat berkat dukungan IT. Setiap hari kita bisa melihat pengaduan ini berseliweran di media sosial, kadang menjadi pesan berantai.

Menyadari urgensi perubahan ini, perlu ada teknik modifikasi beliefs yang benar agar ASN bisa melakukan adaptasi. Bagaimana caranya, langkah-langkah berikut mungkin bisa membantu.

Pertama, ASN harus keluar dari belenggu status quo bias. ASN dianggap memiliki status sosial yang terhormat. Status sebagai ASN adalah pekerjaan yang nyaman. Memecat mereka tidak mudah. Akibat bias status quo ini, ASN sering merasa pintar dan hebat sendiri, bahkan bertindak indispliner.  

Tapi itu dulu. Presiden sudah menandatangi peraturan baru yang bisa memberhentikan ASN yang tidak disiplin. Amanat PP No. 94/2021, pemberhentian dengan hormat bagi PNS yang tidak Masuk Kerja tanpa alasan yang sah secara terus menerus selama 10 (sepuluh) hari kerja.

ASN harus memecah belenggu status quo ini. Mereka harus keluar dari zona nyaman (comfort zone). Zona ini memerangkap ASN menuju zona pertumbuhan (growth zone), zona dimana seorang ASN menjadi sangat produktif. Di zona pertumbuhan, ASN mudah melakukan pencapaian target kinerjanya. Sebelum sampai di zona ini, ASN harus berusaha meningkatkan skill dan kompetensinya di zona pembelajaran (learning zone). 

Untuk sampai ke zona ini mereka harus melalui zona ketakutan (fear zone), zona dimana ASN merasa sangat tidak nyaman, akibat pandangan orang lain lain atau karena tekanan tertentu. Prinnsipnya untuk menuju growth zone, ASN harus mengembangkan growth mindset dan meninggalkan fixed mindset.

Proses pembelajaran menuju zona bertumbuh sangatlah mudah saat ini. Berkat kemajuan IT, ruang pembelajaran semakin luas, mudah dan murah. Era zero marginal society saat ini melengkapi proses belajar formal tanpa beban biaya. Cukup dengan satu paket data, kita bisa mengakses berbagai materi pelajaran yang tersebar di berbagai media social seperti youtube, google, dan lain-lain.

Selanjutnya, ASN harus mampu mengelola waktunya sesuai prioritas. Dalam bukunya, Seven Habits of Highly Effective People, Stephen R. Covey membagi ada empat kuadran kategori kegiatan dilihat dari sisi penting (important) dan gentingnya (urgent) kegiatan tersebut. 

"Penting" menunjuk pada kesesuaian pencapaian visi hidup atau visi OPD. "Genting" menunjuk pada mendesak tidaknya kegiatan tersebut dilakukan. Kuadran I berisi kegiatan yang genting dan penting. Kuadran II berisi kegiatan yang tidak genting tapi penting. Kuadran III berisi kegiatan yang genting dan tidak penting. Kuadran IV berisi kegiatan tidak genting dan tidak penting.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline