Apabila ada yang menyodorkan pertanyaan seperti itu, so pasti dari sekian banyak Kompasianer - sebutan anggota blog keroyokan ini, akan didapatkan beragam jawaban. Tergantung dari sudut pandang dan motivasi masing-masing, tentunya.
Tapi pada umumnya mereka yang gabung di K ini, adalah mereka yang memiliki minat, dan hobi baca dan tulis.
Sehingga dengan bergabung di K minat dan hobinya dapat tersalurkan, sekalian diasah hingga tajam (emangnya pisau). Siapa tahu suatu ketika bisa jadi seorang penulis beneran, alias profesional. Seperti JK Rowling misalnya, atau paling tidak sekelas Andrea Hirata.
Selain itu ada juga yang mengatakan sebagai tempat mencurahkan segala perasaan yang muncul dari dalam hati.
Disambung lagi dengan jawaban yang hampir mirip, tapi lebih mengarah kepada upaya therapist, yaitu agar tidak lekas pikun, katanya.
Yang lebih menarik adalah alasan yang dikemukakannya itu adalah untuk sekedar mencari teman, paling tidak teman bersosialisasi di dunia maya. Emangnya Kompasiana ini semacam Facebook, Twitter, dan media sosial yang lain?
Jangan-jangan dianggap biro jodoh juga. Ga apa-apa. Ga jadi masalah. Yang penting eksis. Iya toh? Malahan kabarnya lewat K ini kabarnya ada y sampai ketemu jodoh lho. Tuh kan...
Hanya saja terlepas dari itu, dengan semakin banyaknya yang bergabung di K ini, sudah jelas akan mendatangkan berkah bagi pengelola, atau di antara Kompasianer sendiri ada yang menyebut Admin.
Iya berkah rezeki, tentu saja. Semakin banyaknya jumlah Kompasianer, sudah pasti pemasukan profit pun semakin membludak banyak.
Betapa tidak, karena semakin hari, tampaknya blog keroyokan ini semakin dibanjiri oleh iklan dan sponsor.
Salah satu buktinya, dalam satu tahun ini saja sudah berapa kali K menyelenggarakan event yang mengobral hadiah bagi para pemenangnya sedemikian besarnya.