Lihat ke Halaman Asli

Arnold Mamesah

TERVERIFIKASI

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Jangan Biarkan Momentum Infrastruktur Berlalu

Diperbarui: 6 Oktober 2016   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Shutterstock.com

Momentum Pertumbuhan

Apa yang menjadi momentum yang tidak boleh dilewatkan ? Peraga-1 memberikan gambaran tren pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) triwulanan dengan pembanding beberapa negara di kawasan Asia yang masuk dalam kelompok G20.

Sumber Informasi : OECD - G20 Quarterly GDP Growth

Dari 6 (enam) negara masing-masing India, China, Indonesia, Jepang (Japan), Korea Selatan (South Korea), Turki (Turkey), tiga negara pertama tumbuh di atas rerata G20. Tren pertumbuhan India dan China dalam dua triwulan terakhir turun sedangkan Indonesia naik. Negara lainnya seperti Jepang menunjukkan tren pulih, Korea Selatan masih naik-turun sedangkan Turki turun.

Faktor yang menyebabkan turunnya pertumbuhan India antara lain : tersendatnya aliran investasi asing (FDI), penurunan aktivitas pembangunan khususnya konstruksi, pertambangan yang makin tertekan, tekanan pada produk pertanian, dan penurunan permintaan (demand). (Sumber : 5 Reasons Why India’s Growth Was Disappointing Last Quarter). Trend turun China tidak lepas dari siklus perekonomian serta perubahan dari "investment driven growth" (pertumbuhan ekonomi yang semata mengandalkan investasi) dan ekspor menuju "consumption driven growth" (pertumbuhan yang mengandalkan konsumsi; hingga 2015 pangsa konsumsi keluarga terhadap PDB masih di bawah 50%). 

Indonesia mengalami tren turun lebih dari 20 triwulan dan mulai menunjukkan pemulihan pada dua triwulan terakhir; pangsa konsumsi keluarga pada kisaran 56% dan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) pada besaran 33% (Lihat data BPS di sini).

Indikator Ekonomi

Selain berfungsi sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia (BI) bersama pemerintah berperan dalam pengendalian inflasi dengan implikasi pada nilai tukar. BI juga menerbitkan acuan bagi perbankan yaitu BI Rate atau BI 7-day Repo Rate yang digunakan sebagai acuan perbankan nasional menentukan suku bunga simpanan dan pinjaman.

Peraga-2 memberikan gambaran Inflasi, Nilai Tukar, dan BI Rate untuk masa September 2015 - 2016

Inflasi - Nilai Tukar - Reference Rate, prepared by Arnold M.

Dari Peraga-2, dengan melihat tingkatan September 2015 dan 2016, inflasi tahunan turun dari 6,83% menjadi 3,08%; nilai tukar Rupiah (IDR) - Dolar Amerika (USD) berdasarkan nilai tengah turun hingga 9% (bandingkan dengan September 2013-2014 yang naik 21% dari 11.890 menjadi 14.396). Sedangkan suku bunga rujukan turun dari 7,5% menjadi 5% ! Perlu dicatat bahwa dalam masa tersebut neraca perdagangan hampir selalu surplus (kecuali pada November dan Desember 2015).

Memang indikator positif tetapi ada sisi lain yang perlu mendapatkan perhatian yaitu rendahnya ekspansi kredit khususnya investasi. Masalahnya bukan hanya pada suku bunga pinjaman tetapi kondisi internal perbankan yang memerlukan perhatian (Lihat : Kredit Melambat, NPL Bank Naik). Juga, dunia usaha khususnya korporasi masih belum lepas dari "Bencana Neraca" dan secara global masih sangat terpengaruh pada fenomena "Jebakan Likuiditas".

Partisipasi dan Inisiatif Infrastruktur

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline