Lihat ke Halaman Asli

Konflik Ukraina: Dampak pada Warga Sipil dan Potensi Penyelesaiannya

Diperbarui: 16 Juni 2022   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Konflik di Ukraina sudah dimulai semenjak revolusi "harga diri" ukraina pada Februari 2014 yang melengserkan pemerintahan Viktor Yanukovych yang bersifat pro-Rusia. 

Dengan lengsernya pemerintahan Viktor Yanukovych, Rusia menginvasi dan menganeksasi Krimea yang merupakan wilayah Ukraina. Rusia juga mulai memberikan dukungan kepada separatis-separatis Ukraina di Donbass dan Luhansk. 

Walaupun gencatan senjata sudah ditandatangani, konflik ini kembali meletus ketika, pada 24 Februari 2022, Rusia melancarkan invasi ke wilayah Ukraina, serta mengakui kedaulatan 2 wilayah separatis, Donbass dan Luhansk, sebagai negara yang berdaulat. 

Invasi ini mendapat kecaman dari 3 negara dewan keamanan tetap PBB dan 141 anggota PBB, termasuk Indonesia. Tak hanya itu, Rusia mengalami sanksi dari banyak negara yang menyebabkan kemerosotan ekonomi dan kelangkaan barang-barang pokok. Namun yang paling terdampak adalah jutaan warga Ukraina yang kehilangan tempat tinggal mereka dan terpaksa mengungsi.

Perang di Ukraina juga membawa berbagai malapetaka bagi warga yang tetap tinggal di Ukraina. Rudal-rudal yang diluncurkan Rusia tidak jarang mengenai Gedung-gedung apartemen. 

Ditambah lagi beberapa kasus pembantaian warga sipil yang terjadi. Yang paling besar adalah di Bucha, dimana menurut aparat sipil Ukraina, ditemukan sekitar 1000 jasad manusia. Hampir semua adalah warga sipil. Tentunya Rusia menolak segala tuduhan. Menurut Rusia sendiri, ini adalah tipuan media barat. 

Tapi dengan menggunakan gambar satelit sebelum pasukan Ukraina membebaskan Bucha dan membandingkannya video setelah Ukraina membebaskan Bucha, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa jasad-jasad warga sipil sudah bergelimpangan sebelum tantara Ukraina tiba. Tentunya kejadian ini tidak akan menjadi yang terakhir kalinya. 

Oleh karena itu, kita, seluruh warga dunia, harus berusaha untuk menghentikan perang di Ukraina. Tentunya kita sebagai individu tidak bisa berbuat banyak. Tapi melalui pemerintah, kita bisa mencoba. 

Untuk menghentikan perang diperlukan konsesi dari kedua belah pihak. Ukraina tentu ingin menjaga kedaulatannya. Sementara itu Rusia tidak ingin memiliki tetangga yang melawan kepentingan Rusia. 

Untuk Rusia sendiri, hal ini sudah sangat sulit dicapai. Semua tetangga Rusia yang netral sudah bergegas untuk bergabung dengan NATO. Mereka merupakan Finlandia dan Swedia yang sudah netral semenjak akhir perang dunia 2. 

Dalam sebuah keputusan bersejarah, kedua negara tersebut, yang sudah bersifat netral selama puluhan tahun, memutuskan untuk bergabung dengan NATO. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline