Lihat ke Halaman Asli

Aris Pulsar

Traveler, Writer

Catatan Sahabat Rian

Diperbarui: 26 Desember 2020   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

KETIKA "GMEINER" MEMANGGIL

(Permenungan seorang "Ayah" di Jalan pengabdian atas nama cinta)

Oleh: Rian Darius Labaona, S. Fil

Youth Care co- Worker of SOS Children's Village-Flores

Tulisan singkat ini saya awali dengan sebuah syair kecil yang saya tulis, ketika pertama kali saya terpanggil untuk mengabdi atas nama cinta di SOS Children Village, tepatnya di Rumah Remaja Mumere-Flores Nusa Tenggara Timur.

"Suara kecil dari Nurani yang terluka"

"Kemarin hujan masih turun dan rerumputan masih basah. Kemarin mentari masih teduh dan senja masih seperti kodrat asalnya. Kemarin kau masih di sini, menemaniku dalam melewati hari-hariku penuh makna. Tapi entah kenapa, yang tertinggal kini hanyalah bayangmu?

Di sana, kulihat rerumputan yang kemarin masih basah, kini telah layu dan sebentar lagi mengering. Di sana, kulihat mentari yang kemarin masih teduh, kini telah menebar amarah, dan sebentar lagi ragaku akan terbakar hangus. Di sana kulihat senja yang kemarin teasa sejuk dan damai, telah pergi. Kini tinggal dahaga merasuk nurani yang kesepian.

 Kini aku sendiri, berdiri diam di teras rumah berdinding bambu yang dibangun oleh ayah, saat aku belum ada dalam pikiranmu. Kau bawa semuanya, ya,,semua yang kupunya telah kau bawa pergi. Hujan, mentari yang teduh, senja yang damai serta cinta sejuk dari nuranimu kini tinggal cerita. Aku hanya punya mimpi di ujung asa. Aku ingin hidup meski harus menahan tangis. Aku ingin tersenyum meski luka yang menusuk di jiwaku terasa sakit. 

Aku masih di sini, sendiri dalam sunyi. Berharap kau akan pulang, memelukku seperti dulu dan menyiapkan hidangan kesukaanku, yang katanya itu adalah kesukaan ayah juga saat dia masih hidup. Tapi....ahhh..sudahlah. semua itu hanya masa lalu, dan tidak baik jika aku terus memikirkannya. Toh, hidup ini akan terus berlalu dan aku masih harus terus melangkah, meski berat. Karena aku masih punya hari esok. Ku tahu Tuhan akan datang menyapaku dengan cara yang unik. 

Dan aku akan menemukan dirimu, dalam potret wajah orang-orang berhati mulia yang ditipkan oleh Tuhan untuk menemani hari-hari hidupku, tak tahu kemana mereka akan membawaku pergi. Tapi, aku yakin bahwa biduk ini akan berlabu dengan tepat pada pelabuhan tujuan yang tak pernah kuimpikan sebelumnya. (rian L,.. April 2019)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline