Lihat ke Halaman Asli

Ario Aldi L

Mahasiswa

Pembelajaran Jarak Jauh dan Absurditas

Diperbarui: 30 Juli 2020   00:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : Chicago Arsitektur Kota Cityscape (Pixabay.com)


Siapa yang tau apa yang akan terjadi saat seluruh lini pendidikan kembali aktif. Tapi bagi saya pribadi hal ini akan menjadi normal dalam beberapa hari bahkan dalam beberapa minggu kemudian.

Dengan modal internet dan gawai dengan spesifikasi tertentu siswa bahkan mahasiswa dapat memperoleh pendidikan layaknya sekolah kejar paket atau bahkan jenjang perguruan tinggi seperti Universitas Terbuka. Sistem yang ada saat ini adalah hasil dari asimilasi metoda pembelajaran.

Baca : Pendidikan Daring beserta Dampaknya

Hal ini tentu menarik. Masyarakat dihadapkan dengan pola yang baru. Masyarakat harus berdamai dengan hal tersebut. Rasio keberhasilan metoda pembelajaran jarak jauh masih lebih baik daripada pendidikan mati total. Tapi ada kekhawatiran lainnya yang dirasakan para orang tua bahkan saya sendiripun demikian. Apakah dengan pembelajaran jarak jauh ketimpangan sepeti degradasi definitif dapat di minimalisir?

Tentunya hal tersebut akan menjadi PR bagi para pengajar, bahkan siswa sekalipun. Sistem yang ada saat ini membuat tipe kurrikulum 2013 mendekati rasio keberhasilan yang memumpuni, yaitu siswa diharapkan dapat berperan aktif sedangkan pengajar hanya berperan sebagai pengawas yang prosentase keaktifannya tidak lebih dari 30%

Tapi jika pembelajaran jarak jauh (PJJ) akan berlanjut sampai waktu yang tidak ditentukan. Maka hal yang perlu dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) adalah mengevaluasi sistem dan skema sks perguruan tinggi terlebih pada prodi-prodi yang berhubungan langsung dengan gelar sarjana pendidikan. 

Karena wabah ini bersifat masif dan terstruktur. Tentu jika mahasiswa yang sedang berada di pertengahan masa kuliah sangat membutuhkan jenis keterampilan agar tujuan dari pembelajaran jarak jauh terpenuhi.

Baca juga : Mengupas Kebiasaan Masyarakat Era Kenormalan Baru

Akan tetapi kesampingkan hal tersebut terlebih dahulu. Belakangan ini kepala saya dipenuhi oleh kalung serba guna layaknya gelang Power Balance yang tenar pada masanya. Benar, kalung Eucalyptus. Menteri Pertanian, Terawan Agus Putranto tentu tidak bisa tidur nyenyak. Karena tidak sedikit kritik yang datang kepadanya beruntun dan saya kira bukanlah kritik yang membangun.

Asumsi masyarakat memang tidak bisa dibendung begitu saja, jika memang tindakan yang diambil dan kebijakan yang dicanangkan jauh dari kepentingan kesejahteraan masyarakat. Mungkin hal ini bisa dijadikan evaluasi bagi Menteri Pertanian maupun para menteri-menteri lainnya. Mungkin membahas kelucuan para petugas negara cukup disini dulu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline