Lihat ke Halaman Asli

Arif L Hakim

TERVERIFIKASI

digital media dan manusia

Weekend Escape: Seru-seruan di Geo Tubing Lava Bantal

Diperbarui: 19 Februari 2017   09:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serunya Geo Tubing Lava Bantal bersama Kompasianer Jogja (dok. pribadi)

Sabtu (18/02) kemarin, saya dan teman-teman Kompasianer Jogja berakhir pekan di kawasan Lava Bantal dan sekitarnya. Lava yang mirip bantal, kemudian dilabeli ‘lava bantal’, demikian tempat yang berada di Kalitirto dan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman ini diberi nama dan familiar bagi masyarakat Jogja. Penyebutannya memang sederhana, mengacu pada bentuk fisiknya yang menyerupai bantal.

Dalam sebuah artikel di kompas.com disebutkan bahwa lava bantal terbentuk karena pembekuan lahar yang keluar dari gunung api bawah laut. Proses pembekuan ini tertahan oleh tekanan hidrostatis yang membentuk batuan lonjong tak beraturan yang sekarang disebut sebagai batuan lava bantal. Ciri fisik batuan ini berwarna hitam, keras, dan bertekstur tidak beraturan. Lava bantal juga merupakan rangkaian geosite purba yang terbentuk jutaan tahun silam.

Sebagai kawasan geo heritage, pengembangan lava bantal tak bisa sembarangan. Tak boleh merusak, ada unsur edukasi, dan tentu saja harus sejalan dengan usaha konservasi.

Setelah kawasan lava bantal diresmikan Gubernur DIY sebagai wilayah ekowisata pada 30 Mei 2016, kini kawasan sekitarnya tergerak untuk mengemas atraksi wisata baru. Sejak pertengahan Desember tahun lalu, Bupati Sleman telah meresmikan atraksi baru berupa geo tubing menelusuri Sungai Opak dan berakhir di Lava Bantal. Aktivitas ini kemudian dinamai Geo Tubing Lava Bantal. 

Melalui Badan Promosi Pariwisata Sleman (BPPS), Pemerintah dan masyarakat Sleman sepakat menjadikan aktivitas Geo Tubing di kawasan Lava Bantal dan sekitarnya sebagai area pengembangan wisata edukatif, adventure, dan fun. Geo Tubing Lava Bantal memang relatif belum terlalu terkenal. Jika Anda berniat mencoba Geo Tubing Lava Bantal, jaraknya dari pusat Kota Yogyakarta sekitar 14-15 km atau ditempuh selama 35 menit dengan kendaraan bermotor. Di google maps bisa klik link ini.

Estimasi jarak dan waktu tempuh menuju Geo Tubing Lava Bantal (google maps)

Sarwoto, salah satu pengelola Geo Tubing Lava Bantal menuturkan bahwa dengan dibukanya kawasan Lava Bantal dan Geo Tubingnya ini adalah bagian dari pengembangan wisata Kabupaten Sleman bagian timur dan selatan setelah lebih dulu populer dengan Prambanan, Ratu Boko, Candi Ijo, Breksi. Dengan dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, Geo Tubing Lava Bantal menawarkan aktivitas olahraga di atas air dengan menyusuri Sungai Opak. Jarak yang ditempuh selama geo tubing ini sekitar 2 km. Saat musim kemarau, jarak tersebut ditempuh sekitar 1-1,5 jam. Sementara saat musim hujan, derasnya aliran air dari hulu Opak di Merapi membuat waktu tempuh menjadi 30-40 menit.

Setelah mendapat cerita-cerita seputar Geo Tubing Lava Bantal, kami langsung diajak para pemandu untuk bersiap menyusuri Sungai Opak menuju Lava Bantal sebagai titik finish. “Setiap wisatawan wajib mengenakan pengaman berupa helm dan pelampung”, seru Mas Wahyu, pemandu kami.

Berikutnya, briefing dan pemanasan sebentar pun dilakukan agar peserta geo tubing terhindar dari kram atau gangguan otot lainnya. Tak ketinggalan, kami pun berdoa bersama agar aktivitas ini lancar.

Briefing dari pemandu Geo Tubing Lava Bantal (dok. pribadi)

Titik start Geo Tubing berada di Dusun Dadapan, Tanjung Tirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Dari titik awal ini, percikan air Sungai Opak sudah langsung membasahi kami. Dengan menaiki ban secara perlahan tubuh terbawa arus Sungai Opak.

Selama hampir setengah perjalanan, kami tidak menemukan jeram yang begitu menantang. Benar seperti yang diceritakan oleh pengelola Geo Tubing Lava Bantal bahwa kami masih menemukan sampah-sampah yang berada di beberapa titik di pinggir sungai. Masyarakat sekitar sudah mengagendakan untuk membersihkan kawasan Sungai Opak ini seminggu sekali. "Kami mohon maaf. Semoga urusan sampah ini bisa segera tertangani dengan baik di waktu-waktu mendatang", ujar pengelola Geo Tubing. 

Pengelola pun mengakui bahwa masih dijumpai pula beberapa masyarakat yang mandi atau beraktivitas lain di pinggiran sungai. Bagi saya, ini malah menarik. Aktivitas khas ala desa seperti ini asik juga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline