Lihat ke Halaman Asli

Monalisa dan Secercah Rindunya

Diperbarui: 13 Mei 2024   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Menata! Mereka yang mengingkari hakikat cinta hendaknya juga mengingkari hakikat rindu.Karena kerinduan tidak bisa dilukiskan kecuali pada orang-orang terdekatmu."(Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Ma'rifah, edisi ketiga: 1998], Jilid IV, halaman 322).

Novel tereliye dengan berbagai novelnya yang terkenal, berhasil meramaikan dunia sastra modern.

Novel Rindu menceritakan tentang perjalanan panjang orang-orang yang menunaikan ibadah haji di kota Mekah Perjalanan panjang yang memakan waktu berbulan-bulan kapal uap terbesar pada masanya yang bernama Blitar Belanda.

Mengambil Latar akhir tahun 1938, Tere Liye dengan apik membungkus ceritanya sehingga tidak hanya berkisah tentang ibadah haji, namun juga menggambarkan kondisi sosial budaya saat itu. 

Olehnya itu, penulis mencoba mengkorelasikan dengan sebuah cerita yang itu di alami oleh salah satu gadis Desa Monalisa namanya.

Di sebuah desa kecil di tepi perbukitan hiduplah seorang gadis bernama Monalisa. Mona tinggal bersama orang tuanya dan menjalani kehidupan sederhana di rumah mereka yang hangat dan penuh kasih sayang.

Namun suatu hari, Mona harus meninggalkan rumahnya untuk melanjutkan petualangannya di beberapa kota besar. Bahkan di kota yang kini menemukan banyak kehidupan baru dan peluang menarik, mau tak mau ia merasa rindu akan rumah. Setiap  malam sebelum tidur, Monalisa selalu teringat bau tanah basah, ketika selepas turunnya hujan untuk membasahinya.

Setelah bertahun-tahun, Monalisa akhirnya kembali ke rumahnya. Ketika dia memasuki rumah yang telah lama ia tinggalkan, hatinya penuh dengan kehangatan. 

Merindukanmu pada dasarnya sangat emosional, jadi kamu mungkin akan bertemu dengan orang yang kamu rindukan.

Sunnatullah Kolomnis Imaami Al-Ghazali dalam salah satu karyanya memberikan konsep-konsep syauq (baik) dengan justifikasi ilmiah menurut pemikirannya sendiri. Kerinduan pada dasarnya mempunyai dua aspek:(1) aspek kemanusiaan; dan (2) aspek hukum Islam.

Dalam sudut pandang manusia, kerinduan merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindarkan dan wajar terjadi pada semua orang yang mempunyai hawa nafsu dan keinginan. Kerinduan ini tidak lain hanyalah bertemu dengan orang yang diidam-idamkan. Namun dalam sudut pandang syariat, kerinduan merupakan keadaan yang qahr (wajib) yang tidak dapat dikendalikan atau dikendalikan oleh siapa pun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline