Lihat ke Halaman Asli

Aries Ibnu Maulana

Pembelajar Sepanjang Hayat

Sastra Bandingan pada Novel Layla Majnun Karya Nizami Ganjavi dan Novel Romeo Juliet Karya William Shakespeare

Diperbarui: 14 Februari 2021   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Fenomena dalam Kedua Novel

Kedua novel ini merupakan cerita kisah cinta yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Kisah dari kedua novel ini sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, khusunya di Indonesia itu sendiri sehingga pembaca dari Indonesia bisa menikmati cerita yang disajikan dari kedua novel karya Nizami dan Shakespeare.

Banyak orang yang mengatakan dunia dibagi dua peradaban besar, Timur dan Barat. Dalam hal cinta Timur memiliki simbol cinta sejati yaitu Qoys dan Layla. Sedangkan Barat memiliki Romeo dan Juliet. Kedua cerita memikat dan mengharukan. Keduannya sarat dengan simbol dan ajaran kearifan yang mewakili masing-masing peradaban. Baik Majnun (Qoys) atau Romeo yang terlena oleh cinta dan di ujung hidupnya sama-sama mati dalam pelukan cinta. Kisah keduanya dilambangkan sebagai cinta sejati.

Bedanya, bila kisah Layla dan Majnun banyak mempersoalkan jiwa pecinta, Romeo dan Juliet justru menghadirkan kisah kehidupan dua pecinta. Layla-Majnun berbicara soal hambatan dalam mewujudkan cinta.

Novel Romeo dan Juliet menyajikan kisah cinta dan juga kekerasan. Di mana Romeo mampu menentang tradisi. Romeo sebagai pelopor anti kekerasan dan diskriminasi yang terjadi.

Di balik kisah kekerasan yang terjadi Romeo meletakan nilai kemanusiaan lebih tinggi dari asal-usul keturunan. Demi memperjuangkan Juliet Romeo dianggap pemberontak oleh keluarga Capulet. Namun Romeo selalu memperjuangkan cinta dan kebenaran, Romeo selalu teguh pada pendiriannya. Demi cintanya, Romeo menolak menggadaikan cinta demi keselamatannya.  

Dalam cerita Romeo-Juliet tidak digambarkan problem kejiwaan pecinta secara mendalam. Karya William Shakespeare hanya melihat cinta dari sisi dhahir, seperti ketampanan Romeo dan kecantikan Juliet. Digunakannya penggambaran fisik, jelas menunjukan akar peradaban barat (materialisme).

Berbeda dengan penggambaran Majnun yang sebagian besar didominasi oleh perasaan jiwa dan diungkapkan dalam syair. Dalam karyanya, Nizami mengedepankan kerangka spiritual. Nizami mengingatkan kita, bahwa secara moral cinta sejati melebihi ikatan duniawi.

Nizami menulis Layla-Majnun tahun 1188, sedangkan Shakespeare menulis Rome-Juliet pada tahun 1595. Banyak yang berpendapat bahwa novel Romeo-Juliet terilhami oleh karya Nizami. Karena Nizami sudah menulis ratusan tahun sebelumnya.

Dalam kedua roman ini juga ditemui beberapa perbedaan, antara lain dalam hal tindak kekerasan dan pengagungan penampilan fisik.

  1. Nizami menggambarkan secara detail kisah cinta, dari awal pertemuan, hingga kerumitan-kerumitan yang menghadang kedua pecinta. Dan menggambarkan bagaimana kondisi pecinta apabila tanpa keberadaan orang yang dicintai. Mereka akan kehilangan semua ketenangan pikiran dan terluka. Sementara Shakespeare menceritakan perselisihan kuno dari dua klan, yang harus dibayar oleh darah Romeo dan Juliet. Kisah dua remaja itu didongengkan secara romantis dan dramatis.
  2. Romeo dan Juliet sangat kental dengan kekerasan. Awal cerita kita sudah disuguhi oleh adegan pembunuhan, Tybalt membunuh Mercuito dan kedua Romeo membalas dendam dengan membunuh Tybalt. Sedang cinta Layla Majnun diawali dengan sebuh dunia yang tenang dan damai. Dan tindak kekerasan merupakan pilihan terakhir, ketika semua usaha untuk menikahi Layla telah gagal. Itu pun bukan Majnun yang membunuh namun Naufal.
  3. Dalam karya Shakespeare, terjadi konflik antarkepentingan masyarakat. Sedangkan dalam kisah Layla Majnun dipisahkan oleh sebuah derajat yaitu kabilah.

Terlepas dari perbedaan dan kesamaan atau pertentangan, tentunya kedua roman ini menarik untuk dibaca. Membaca sekaligus membandingkan dua kisah ini, membuat kita bisa menarik simpul masing-masing peradaban. Kisah Romeo-Juliet dimulai dengan amuk dendam dan peperangan antardua keluarga. Dalam kecamuk itu muncullah seorang pahlawan berhati mulia  yang ingin menjadi pendamai. Dalam kaitan ini Romeo dihadirkan sebagai biaya perdamaian itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline