Lihat ke Halaman Asli

Arfi Zon

PNS dan Penulis

Barang Murahan untuk Ibuku

Diperbarui: 29 Juli 2021   21:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bang, Ibuku nggak sekalian dibelikan?" tanyaku ketika Bang Fadli, suamiku, sudah mau melakukan pembayaran di kasir.

Aku baru saja menemaninya memilih seperangkat pakaian muslimah untuk ibu mertuaku. Lumayan besar nilai belanja itu. Kulihat dari label harga, total satu juta lebih nilai belanja yang akan dibayar Bang Fadli di kasir.

Tak heran semahal itu, sebab ini butik muslimah berkelas milik seorang ustad kondang. Hanya satu gamis dan beberapa potong jilbab saja tadi yang kupilihkan, nilainya sudah sebesar itu.

Bang Fadli terdiam sejenak. Permintaanku sepertinya membuat ia berpikir dan ragu. Ia tatap aku sejenak, tapi kemudian meneruskan langkah ke kasir untuk melakukan pembayaran.

"Bang, beliin buat Ibuku juga, dong," pintaku lagi ketika kami sudah meninggalkan kasir dan berjalan menuju parkiran.

"Iya, buat Ibumu jangan beli di sini lah. Terlalu mahal," ucapnya sambil terus berjalan.

Kami pun meninggalkan muslimah shop mewah itu.

Sepanjang jalan, aku berfikir Bang Fadli mungkin akan mengajakku ke toko muslimah lain yang harganya lebih murah tapi kualitas barang yang dijual tak jauh beda dibanding butik tadi. Tapi ternyata aku keliru. Kami rupanya menuju pasar tradisional. Terus masuk ke lorong yang dipenuhi lapak kaki lima.

"Nah, beli di sini aja, Sis. Tuh, banyak di sana. Ayo kita pilih-pilih," ujarnya sambil menunjuk lapak-lapak pakaian perempuan yang sedang sepi pengunjung.

"Astaghfirullaah..." Ternyata Ibuku mau dibelikan barang kaki lima murahan yang dijual di emper--emper pasar tradisional.

Meski kesal, aku iringi langkah Bang Fadli.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline