Lihat ke Halaman Asli

Menganakemaskan Kereta Api

Diperbarui: 20 September 2017   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Menganakemaskan  Kereta Api

Oleh Arfanda Siregar

Dosen Manajemen Industri Politeknik Negeri Medan

Kereta api tergolong moda transportasi yang masih di anak tirikan dibandingkan moda transportasi lain di Indonesia. Perkembangannya bak jalan bekicot, tertatih-tatih, bahkan sempat mandek beberapa lama.

Tentu hal ini bukan isapan jempol penulis. Lintasan rel kereta api yang tak mengalami kenaikan signifikan sejak zaman kolonial hingga sekarang menjadi salah satu bukti betapa transportasi massal yang mampu mengangkat ribuan penumpang tersebut masih di pandang sebelah mata. Mengapa menganaktirikan kereta api?

Transportasi Murah

Dimana-mana, terutama negara yang memiliki jumlah penduduk besar selalu berusaha memanfaatkan kereta api secara maksimal sebagai alat transportasi utama, baik di dalam kota, antarkota, maupun antarnegara. Bukan hanya daya angkut yang besar, kereta api juga lebih efisien, antimacat, hemat energi, dan aman.

Kereta api menjadi penawar sedingin untuk kebutuhan transportasi rakyat. Ketika harga minyak mengalami kenaikan dan harga kebutuhan pokok turut membubung, kebutuhan transportasi rakyat tak boleh terancam. Pemerintah yang bijak harus menjamin tarif transportasi tak ikut-ikutan mencekik leher rakyat. Dan, kereta api tampil sebagai pahlawan rakyat dan pemerintah dengan tarifnya yang murah dan meriah.

Seperti yang dipraktikkan negara Cina, telah lama menyulap kereta api sebagai alat transportasi publik. Kemanapun rakyatnya melangkah selalu menggunakan kereta api. Di sana, alat transportasi yang menggunakan rel tersebut terkenal bersih, modern, nyaman, dan murah. Tarif  kereta api di sana murah dan efesien.

Tiket kereta api subway berharga 2 RMB (yuan) atau Rp 2.850 yang dapat membawa  penumpang bebas kemana saja mengelilingi China.. Begitu juga stasiunnya, jauh dari kesan kumuh. Ada 1.978 stasiun di seluruh China, membentang dari Beijing, Shanghai, Mongolia, Tibet, bahkan sampai  bawah Tembok Raksasa China. Bagi orang China, naik kereta api sudah menjadi gaya hidup, kemana-mana naik kereta api.

Berbeda dengan negara kita. Perkembangan kereta api sangat lambat dan tertatih-tatih. Bukan hanya lambat berkembang, malah kemanfaatanya bagi rakyat terus-menerus direduksi. Data berbicara bahwa jumlah kereta api Indonesia hanya dua persen dibandingkan dengan moda transportasi yang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline