Dalam budaya Jawa ada peribahasa (Jawa: paribasan) yang berbunyi 'nuthuk kiwa kena tengen'. Artinya memukul sebelah kiri tetapi yang terkena sebelah kanan.
Makna dari peribahasa ini menyindir atau menyentil seseorang atau sebuah komunitas tanpa tunjuk jari secara langsung tetapi yang tersentil bahkan merasa tersinggung justru orang atau pihak lain.
Menyentil secara tidak langsung memang sesuai dengan budaya Jawa 'aja ndemok bathuk' yang artinya jangan menunjuk dahi. Tidak elok.
Menyentil atau menyindir secara tidak langsung dalam budaya Jawa disebut 'nyemoni'.
Nyemoni dianggap lebih halus karena biasanya diungkapkan di dekat seseorang entah tokoh entah kawan yang disindir.
Bila dilakukan di belakang atau jauh dari yang disentil bahkan dibicarakan kekurangannya disebut 'ngrasani'.
Pantun (Jawa: parikan)
Bila hujan jangan ke sawah bisa disambar petir.
Bila tidak bersalah jangan merasa tersindir.