Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Inilah Alasan Harus Mencuci Sayur dengan Air Mengalir

Diperbarui: 5 Juli 2021   19:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tomat dengan tanda adanya sisa-sisa pupuk atau pestisida yang masih menempel. Dokpri

Anda suka sayur? Syukurlah. Anda sangat senang makan dengan lalapan? Syukurlah. Anda vegetarian? Syukurlah. Kami para petani sangat senang sebab hasil pertanian yang melimpah tentu akan laris sekali. Namun harus diingat, sebelum memasak sayur apalagi menyantap mentah-mentah sebagai lalapan sayur mayur harus dicuci dahulu dengan air bersih yang mengalir . Ini alasannya.

Pertama, sepuluh hari hingga seminggu menjelang panen biasanya tanaman sayur disemprot pupuk untuk meningkatkan lagi kesuburan tanaman. Kemudian disemprot lagi dengan pestisida untuk mengurangi serbuan hama. 

Jika satu-dua hari menjelang panen tiba hujan banyak kemungkinan pupuk cair dan pestisida luntur tersiram air hujan. Namun di musim kemarau atau tidak tersiram hujan besar kemungkinan pupuk dan pestisida menempel lekat pada sayuran. Harus diingat pula uap pestisida atau pupuk tidak selalu berasal dari semprotan sendiri tetapi juga dari sawah sebelah yang terbawa angin.

Kedua, setelah panen atau dipetik sayur kemudian diikat lalu dicuci di parit pengairan atau sungai kecil terdekat. Pencucian ini tujuannya hanya untuk merontokkan tanah yang masih menempel di akar dan batang serta sayur yang telah dipetik tetap segar selama perjalanan menuju konsumen. Jadi bukan untuk membersihkan dari pupuk dan pestisida.

Mencuci dan membasahi sayur di parit. Dokpri

Di parit yang sama, mencuci sayur dan mencampur pestisida. Dokpri

Herbisida yang sangat berbahaya bagi manusia. Dokpri

Mencampur herbisida. Dokumen pribadi

Perlu diketahui, mutu air parit pengairan bahkan sungai kecil pun sangat buruk sekali pun kadang dekat dengan mata air atau telaga. Ini alasannya:

Pertama, mata air dan telaga bahkan air terjun oleh masyarakat tradisional masih digunakan secara umum dan terbuka untuk mandi cuci dan kakus (MCK). Tentu air telah tercemar oleh bahan-bahan kimia mulai sabun mandi, sabun cuci, dan shampo.  

Jika yang mandi adalah para bidadari dan peri seperti Nawang Wulan atau para prameswari seperti Ken Dedes, Kencono Wungu, atau Dewi Sri yang cantik-cantik tentu bisa dimaklumi. Namun jika yang mandi Wewe Gombel, Kuntilanak, atau Sundel Bolong bisa dibayangkan semakin kotornya air sungai. Apalagi jika mandi berendam sambil pipis atau bahkan mungkin sedang haid. Cilaka!

Dokumen pribadi

Dokumen pribadi

Sekali pun kubis sayur yang rapat obat cair pertanian dan ulat bisa masuk di sela-selanya. Dokpri

Kedua, yang mandi bukan hanya warga desa dan kampung atau dusun  tetapi juga ternak peliharaan mereka seperti sapi dan bebek.

Ketiga, parit atau tepi sungai kecil sering dijadikan tempat mencampur pupuk dan pestisida sebelum disemprotkan.

Keempat, hampir mereta seluruh wilayah yang pernah saya kunjungi, sungai dan parit masih dijadikan tempat pembuangan sampah. Mulai dari sampah dapur, pakaian bekas hingga bangkai hewan ternak selain MCK.

Dokumen pribadi

Dokumen pribadi

Dokumen pribadi

Dokumen pribadi

Mempertimbangkan hal di atas maka mencuci sayur dengan air mengalir akan merontokkan dan menghanyutkan segala yang menempel, mulai dari cacing, telor cacing, ulat, telor ulat, dan kepompong serta bahan-bahan kimia dari obat-obat pertanian.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline