Lihat ke Halaman Asli

Mbah Ukik

TERVERIFIKASI

Jajah desa milang kori.

Kemeriahan Upacara Unan-unan dan Hari Raya Waisak di Desa Ngadas, Malang

Diperbarui: 5 Juni 2018   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perayaan Waisak di Pelataran Bawah Sanggar Pasembahan Vihara Paramitta, Ngadas

Desa Ngadas, sebuah desa yang berada di sisi paling timur Malang, adalah sebuah desa adat yang masih menjalankan ritual-ritual adat (yang berdasarkan penelitian merupakan) peninggalan zaman Singosari.

Sebagai salah satu desa yang dihuni oleh masyarakat Suku Tengger, di sini masih ada beberapa upacara desa dan keluarga yang masih dijalankan secara turun temurun dengan penuh khidmat. Upacara atau ritual desa, seperti: Tengger Tirto Aji, Kasada, Karo, Pujan Kapat, dan Unan-unan. Sedang upacara keluarga, seperti: Entas-entas dan Tugel Kuncung.

Tentang Upacara Tengger Tirto Aji dan Karo sudah pernah saya tulis di Kompasiana, sedang Upacara Kasada sudah banyak yang mengulas di media sosial, elektronik, maupun media cetak dengan berbagai pandangan yang cukup bias dari yang sebenarnya.

Sedang untuk upacara desa Pujan dan Unan-unan serta upacara keluarga Entas-entas dan Tugel Kuncung masih amat sedikit yang menulis dan bias pula.

Kerbau yang telah disembelih disiapkan di depan rumah Pak Mudjianto, Kepala Desa Ngadas

Pak Tomo, Dukun Adat memakai slempang kuning sebagai tanda sesepuh desa.

Pada tahun 2018 ini, Desa Ngadas merayakan tiga hari raya secara berurutan yang secara perhitungan yang tak mungkin akan terjadi lagi dalam waktu 30 -40 tahun ke depan.

Pertama Hari Raya Galungan bagi umat Hindu yang dianut sekitar 15% warga Ngadas. Kedua, Upacara Unan-unan yang merupakan upacara adat warga Ngadas yang secara tradisi turun temurun dirayakan sewindu sekali (antara 5-6 tahun sekali dan bukan 8 tahun sekali). Ketiga, Hari Raya Waisak 2562 bagi umat Buddha Jawa Sanyata yang dipeluk 60% warga Desa Ngadas.

Hari Raya Galungan di Desa Ngadas kali ini memang tidak dirayakan secara meriah selain oleh setiap keluarga. Namun bukan berarti sepi, sebab setiap rumah memasang penjor janur kuning di depan rumah juga di depan pura yang ada di sebelah timur desa.

Perayaan Hari Raya Unan-unan sebagai hari raya di mana semua warga mengadakan pesta bersama serta persembahan dengan menyembelih kerbau sebagai ucapan syukur kepada para Dewata dan Sang Hyang Kuwasa yang telah memberi kemurahan dan kemakmuran lewat Ibu Pertiwi selama sewindu dengan kurun waktu antara 5-6 tahun. Hari Raya Unan-unan kali ini jatuh pada Kamis Legi, 31 Mei 2018

Perarakan menuju punden.

Sesuai dengan tradisi 5-6 tahun sekali, maka kerbau yang disembelih pun sedapat mungkin berumur 5-6 tahun. Kerbau yang disembelih, diambil dagingnya (untuk dimasak sebagai jamuan bagi para tamu dan warga) tanpa merusak kulit, kaki, dan kepalanya lalu ditaruh pada sebuah tandu bambu dan di atas kerbau tersebut ditaruh puluhan bungkus persembahan yang beraneka macam isinya. Isi persebahan tersebut antara lain kue wajik, nasi jagung (putih dan ditumbuk), lauk pauk, buah-buahan, dan sayur hasil desa, daging kerbau.

Anak-anak yang siap mengikuti upacara di Sanggar Pasembahan Vihara Paramitta

Kerbau yang telah dipenuhi dengan persembahan ini kemudian, pada siang menjelang sore hari (setelah matahari melewati atas kepala) diarak dari depan rumah kepala desa oleh para tetua diiringi pemangku adat dan aparat desa serta seluruh warga desa menuju sebuah punden. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline