Lihat ke Halaman Asli

Arif Rahman

Freelancer

Karena Pendidikan Juga Butuh Perencanaan

Diperbarui: 12 September 2016   00:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bumiputera 104 tahun bersama negeri, sumber gambar :www.icla.bosmobil.com

Menurut UUD 1945 pasal 31 ayat 2, setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Hal tentu itu sudah dilakukan oleh pemerintah seperti adanya dana BOS dan semacamnya, tapi kita semua tahu bahwa ada biaya-biaya lain yang mana harus ditanggung sendiri, dalam hal ini oleh orang tua didik. Biaya-biaya lain yang di maksud antara lain seperti pungutan tambah yang bentuknya bisa beragam tergantung masing-masing sekolah, atau bisa juga karena disebabkan oleh belum meratanya kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan di negeri tercinta Indonesia.

Biasanya, masalah ini selalu menjadi pekerjaan rumah setiap tahunnya dan yang menjadi korbannya tak lain adalah generasi penerus bangsa yang punya mimpi tinggi untuk diwujudkan. Padahal para generasi penerus bangsa ini di masa mendatang di harapkan bisa mewujudkan Indonesia Emas (100 tahun kemerdekaan Indonesia) dan mampu kekuatan baru untuk bangsa ini. Namun apa daya, hingga saat ini masih ada sekat menghalangi misi sekaligus impian tersebut. Dan sekat itu tak lain adalah biaya pendidikan yang “mahal” dan setiap tahunnya mengalami peningkatan rata-rata sebesar 15%. Sungguh jumlah yang besar bukan jika dihitung.

Membengkaknya biaya pendidikan hingga saat ini maasih menjadi PR buat pemerintah dan masyarakat berharap segera dibenahi. Karena jika terus dibiarkan biarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin korbannya akan semakin bertambah, khususnya dikalangan masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Padahal kita semua tahu, mereka juga ingin anak-anak mereka bisa mengenyam pendidikan. Yah, setidaknya sampai tamatan SMA.

Tidak bisa dipungkiri, masalah ekonomi memang selalu menjadi hal utama yang menghambat impian dan susahnya para orang tua dengan ekonomi menengah ke bawah untuk mewujudkan cita-cita anak mereka. Saking begitu sensitifnya, masalah ekonomi bisa mempengaruhi aspek lainnya. Namun demikian,  bukan berarti tidak ada cara untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya yang perlu dilakukan sedini mungkin adalah perlunya perencanaan yang matang. Karena jika terlambat dan salah sedikit saja, maka masa depan anak-anak kita akan menjadi taruhannya.

Siapa sih yang nggak pengen anaknya terjamin pendidikannya? Tentu semuanya mau kan. Maka dari itu, buat calon dan juga yang sudah jadi orang tua, belajar untuk peka akan pendidikan anak anda. Buanglah jauh-jauh pikiran sesat anda yang sering beranggapan bahwa pendidikan itu sifatnya hanyalah jangka pendek. Karena yang namanya pendidikan pasti feedback-nya untuk jangka panjang dan itu adalah untuk masa depan.

Dalam merencanakan pendidikan sejak dini, sebaiknya di diskusikan bersama dalam keluarga. Kemudian setelah mulailah membuat rincian kebutuhan anda, dari kebutuhan pokok (primer) hingga kebutuhan tersier yang di dalamnya termasuk biaya pendidikan anak. Namun biar tidak kolaps, rempong atau apalah istilahnya bagi anda yang memiliki lebih dari satu anak, tidak ada salahnya memasukkan Asuransi Pendidikan dalam perencanaan tersebut. Misalnya dengan memilih Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera.

Ngomongin tentang Bumiputera, saya teringat kembali akan masa 20 tahun silam. Dimana kala itu, satu-satunya asuransi pertama yang saya kenal adalah Bumiputera dan itu lewat bapak saya yang kebetulan adalah seorang PNS (Guru) di daerah terpencil bernama Desa Kahianga yang terletak di Kepulauan Tukang Besi (sekarang WaKaToBi).

Waktu itu, sebagai seorang anak yang akrab bangad dengan orang tua (bapak), saya sempat bertanya seperti ini : “Kenapa sih harus pakai asuransi, buang uang saja? Mending dipakai buat beli baju baru, permen atau apa kek. Dan kenapa sih harus pakai Bumiputera, memangnya tidak ada asuransi lain? Ketika itu bapak saya sempat menjelaskannya kepada saya, namun sayangnya saya malah bingung sendiri, bengong dan tidak mengerti apa yang dijelaskan.

Kini, setelah 20 tahun berlalu, saya kembali mendengar nama Bumiputera saat mengikuti acara nangkring yang diadakan oleh Kompasiana dan Bumiputera di Hotel Santika Makassar, tepatnya di lantai 11. dari acara nangkring tersebut, saya akhirnya paham dan pertanyaan saya yang dulu terjawab dengan sendiri. Tentunya saya tidak pusing, bengong, dan bingung seperti dulu lagi.

Kenapa Bumiputera?

Sebuah pertanyaan klasik, namun tidak ada salahnya untuk dijawab. Kenapa? Karena Bumiputera merupakan perusahaan pertama nasional bukan milik perseorangan atau PT yang dibangun 104 tahun lalu atau tepatnya 12 Februari 1912 di Magelang, Jawa Timur. Sehingga dari segi kinerja, kuantitas dan kualitas sudah psti tidak diragukan lagi. Terbukti, meski negeri ini sudah berapa kali di landa krisis termsuk terakhir tahun 2008, Bumiputera tetap bisa berjalan dan bertahan hingga saat ini, kata Ibu Ana Mustamin (Narasumber Kompasiana Nangkring Bareng Bumiputera di Makassar).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline