Lihat ke Halaman Asli

Ansarullah Lawi

Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Batam (ITEBA)

Misteri Tiga Kali Amiin: Rahasia Malam Terakhir Ramadan yang Belum Terungkap!

Diperbarui: 9 April 2024   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, saudaraku yang dirahmati Allah. Dalam kesunyian malam yang terhampar, kita berada pada titik krusial dimana Ramadan masih bersemayam di antara kita. Sungguh, malam ini bukan sembarang malam; ia adalah kesempatan emas yang Allah SWT berikan kepada kita untuk menapaki jalan ampunan dan rahmat-Nya. 

Dengan hati yang bergetar syukur, marilah kita mengenang kembali nikmat dan karunia yang Allah SWT limpahkan kepada kita selama bulan suci ini. Ramadan bukan sekadar tentang menahan lapar dan dahaga, melainkan tentang bagaimana kita mengisi hari-hari kita dengan ibadah, refleksi diri, dan tindakan yang mendekatkan diri kepada-Nya. 

Mengapa Rasulullah SAW mengucapkan Amin tiga kali saat berada di mimbar? Ini adalah misteri yang akan kita selami bersama. Dalam riwayat yang diceritakan oleh Jabir RA, disampaikan bahwa Nabi SAW mengalami momen di mimbar. Ketika beliau naik perlahan ke anak tangga pertama, kedua, dan ketiga, suaranya terdengar mengucapkan "Amiin" setiap kali. Para sahabat yang hadir pun bertanya, "Wahai Rasulullah, kami mendengar engkau berkata 'Amiin' berkali-kali." Beliau menjawab dengan ceria, "Ketika aku melangkah naik ke tangga pertama, Jibril datang padaku dan mengingatkan tentang celaka bagi hamba yang meraih bulan Ramadan tapi dosanya tak diampuni. Itulah sebabnya aku mengucapkan 'Amiin'."

Jibril kemudian berlanjut, "Celaka bagi hamba yang masih memiliki orang tua, tapi keberadaan mereka tak bisa membawanya ke surga." Beliau lagi-lagi bersahut, "Amiin."

Dan pada akhirnya, Jibril menyampaikan, "Celaka bagi hamba yang namanya disebut di hadapannya tapi tak ada yang bershalawat untuknya." Dan Rasulullah SAW kembali dengan semangat menjawab, "Amiin."

Dalam konteks hadis ini, kita dapat memahami tentang pentingnya memahami keistimewaan bulan Ramadan, penghargaan terhadap orang tua, dan pentingnya bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Bulan Ramadan diangkat sebagai bulan yang penuh dengan ampunan dan rahmat, di mana dosa-dosa dapat dihapuskan dan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT diperbesar. Namun, ironisnya, masih ada orang yang melaluinya tanpa merasakan keberkahan dan tanpa memperbaiki diri, yang pada akhirnya mendapatkan "celaka."

Perintah untuk menghormati orang tua juga dipahami sebagai bagian integral dari ajaran Islam. Memuliakan orang tua dianggap sebagai kewajiban tanpa batas usia, yang tidak hanya berhenti ketika orang tua telah meninggal dunia, tetapi terus berlanjut dalam doa, penghargaan, dan pengabdian.

Begitu juga dengan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, merupakan kewajiban yang diwajibkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an. Bershalawat bukan hanya sekadar ungkapan cinta, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan terhadap Rasulullah dan memperoleh kemuliaan di sisi Allah SWT.

Malam ini, malam terakhir Ramadan, adalah lembaran terakhir yang Allah berikan kepada kita untuk menuliskan amal kebaikan. Bagaimana kita mengisi lembaran tersebut akan menentukan nasib kita di akhirat kelak. Jangan sia-siakan kesempatan ini, sebab tak ada yang tahu apakah kita akan bertemu dengan Ramadan berikutnya.

Perjuangan kita belum berakhir; masih ada waktu untuk beristighfar, bertasbih, dan bertahmid. Masih ada waktu untuk memperbanyak sedekah, membaca Al-Qur'an, dan melakukan ibadah sunnah lainnya. Jangan lewatkan malam ini dengan kelalaian atau kegiatan yang sia-sia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline