Lihat ke Halaman Asli

Annisa Sholiha

Mahasiswi Program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Interpretasi Metode Dakwah Menurut Al-Qur'an

Diperbarui: 14 Mei 2024   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Ilustrasi: www.freepik.com

Oleh: Syamsul Yakin dan Annisa Sholiha (Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu disebut metode. Dalam konteks dakwah, metode dakwah tertuju pada pemilihan cara yang sesuai dengan strategi dan pendekatan dakwah.

Dalam prosesnya, pendekatan dakwah yang diterapkan oleh seorang dai dapat dipilah menjadi strategi dakwah. Kemudian, strategi dakwah yang dipilih oleh dai dapat diurai lebih lanjut menjadi metode dakwah.

Terdapat tiga metode yang dijelaskan di dalam Al-Qur'an, yaitu "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik" (QS. al-Nahl/16: 125).

Dalam dakwah, ada metode bilhikmah atau dengan hikmah. Menurut Syaikh Nawawi dalam Tafsir Munir, metode bilhikmah mengacu pada argumentasi yang kuat dan bukti yang tepat.

Orang yang memiliki hikmah disebutkan dalam al-Qur'an sebagai orang yang diberi kenikmatan dan karunia yang banyak "Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak" (QS. al-Baqarah/2: 269).

Selanjutnya ada metode dakwah melalui penyampaian pelajaran yang baik. Menurut Syaikh Nawawi, pelajaran yang baik mengacu pada bukti-bukti yang membangun keyakinan. Pelajaran yang baik mencakup semua yang dapat dijadikan referensi dari al-Qur'an dan hadits Nabi, seperti yang dijelaskan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Debat yang baik atau diskusi merupakan metode dakwah yang ketiga. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa pada situasi tertentu, para dai perlu berdebat atau berdiskusi, tetapi hal ini harus dilakukan dengan cara yang sopan dan bijaksana. Menurut Ibnu Katsir, berbicara dengan lemah lembut dan bijaksana menjadi salah satu cara yang paling baik agar debat berjalan dengan semestinya.

Menurut Syaikh Nawawi, berdebat dengan cara yang baik melibatkan penggunaan dalil yang terstruktur secara rasional dan sistematik. Dia menjelaskan bahwa manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, mereka yang memiliki akal sehat. Kedua, mereka yang memiliki intuisi yang baik, meskipun belum sepenuhnya memiliki akal yang sempurna. Ketiga, manusia yang gemar berdebat tanpa memiliki pengetahuan yang memadai.

Dapat disimpulkan bahwa metode dakwah merupakan cara yang dipilih seorang da'i untuk melakukan pendekatan dalam berdakwah. Metode-metode tersebut diantaranya, bilhikmah (dengan hikmah), menyampaikan pelajaran dengan baik, dan berdiskusi dengan lemah lembut dan bijaksana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline