Lihat ke Halaman Asli

Annisa Muzammil

Pecinta Olahraga dan Traveling

Calistung terhadap Anak Usia Dini

Diperbarui: 13 November 2019   06:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sekjen Kemendikbud Didik Suhardi  menilai bahwa  Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) seharusnya tidak mengajarkan (calistung) namun mengajarkan tentang pendidikan karakter. Beliau juga berkata bahwasannya terjadi sebuah salah paham tentang prektik pengajara anak usia dini yang mana diajar tentang membaca, menulis, dan menghitung atau lebih mudah disebut Calistung. Apalagi itu adalah syarat untuk masuk di sekolah dasar. Jika kita lihat dari perkembangan anak, sebaiknya pembelajaran calistung tersebut diberikan pada saat tahap operasional konkret, yaitu tahap dimana anak usia 7-11 anak sudah mampu berpikir rasional, seperti penalaran untuk menyelesaikan suatu masalah yang konkret atau secara aktual.

Masuk usia bangku sekolah dasar tidak boleh ada tes calistung, karena dalam lembaga paud bukan untuk mengajarkan calistung, melainkan mereka diajari untuk pendidikan karakter. Anak di usia usia paud misalnya usia 3-6 tahun yaitu anak dalam periode sensitif atau masa peka. Dimana pada masa masa tersebut anak membutuhkan stimulus atau rangsangan, agar tidak ada terlambat pada perkembangannya. Contohnya kemampuan anak berbicara.

Menurut pasal 69 Ayat 5 mengatakan bahwa penerimaan siswa baru kelas sekolah dasar tidak di fokuskan pada hasil tes kemampuan calistung ataupun tes lainnya. Padahal syarat masuk sekolah dasar hanya berusia 6 tahun atas dasar apa yang telah tertulis di psikologi profesional. Bukannya paud tidak memahami adanya aturan ini, tapi biasanya ada orangtua yang menuntut agar paud tersebut mengajarkan calistung pada anaknya.    

Boleh sih mengenalkan calistung pada anak dibawah usia 7 tahun. Contohnya, bisa mengenalkan pertama dengan menyebutkan angka-angka sambil bermain. Misal seperti menaiki anak tangga sambil bernyanyi sambil berhitung per anak tangganya .                                                                                                          

Menurut Jean Piaget, tahap perkembangan kognitif atau intelektual anak dibagi menjadi dalam 4 periode. Yang pertama yaitu tahap sensori motor dimana anak usia (0-2) tahun dan di usia tersebut anak mengunakan indra dan aktivitas motoriknya dalam mengenal lingkungannya. Pada tahap ini stimulus diberikan kepada anak secara perlahan dan mengulang. Kareena, fase ini anak mampu merespon yang kemudian berkembang menirukan tindakan dari orang lain.

Periode yang ke dua yaitu tahap pra-operasional dimana anak di usia  (2-7) tahun. Di usia tersebut anak sudah mampu berbicara bahasa dengan baik, namun dia masih egosentris yaitu ketidakmauan seseorang untuk melihat dari perspektif (sudut pandang) orang lain.

Nah kemudian di periode ke tiga ini adalah tahap operasional konkret (7-11) tahun. Dimana di usian ini pemikiran anak masih terbatas anak di umur ini belum bisa menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat konkret. Di usia  (11-16) tahun anak mendapatkan kepahaman dalam memecahkan suatu masalah dan mengembangkan hipotesisnya secara logis.

Jika kita lihat dari sudut perkembangan anak. Sebaiknya pelajaran calistung tersebut diberiian anak pada tahap opersional konkret yaitu sekitar 7-11 tahun. Kareenba untuk memahami sendiri tengtang calistung tersebut anak membutuhkan daya pikir yang tinggi dan tersusun. Jika calistung tersebut diberikan anak dibawah 7 tahun maka anak akan kehilangan masa emasnya dimana masa emas tersebut adalah diamana masa bermain, sehingga keinginan anak untuk belajar lebih giat itu berkurang. contohnya anak mogok sekolah karena dia merasa bahwa ada sesorang  yang memaksakan  melakukan hal yang dia tidak suka sehingga. maka dari itu gairah anak untuk belajar berkurang.

Pembelajaran calistung yang terburu buru biasanya akan merubah tingkah laku dan sifat anak. Seperti halnya, pemberontak,jenuh dan bisan. Keadaan tersebut sangat miris dan membuat gangguan berkomunikasi,pengendalian emosi,stres,depresi, dan gangguan perilaku lain di usia atau pada maeriode emasnya anak tersebut.

PAUD adalah Keharusan, Tapi Masuk sekolah  PAUD adalah  sebuah Pilihan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline