Lihat ke Halaman Asli

I Just Wanna Be An Ordinary People

Diperbarui: 12 November 2020   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namaku Anjali. Keinginanku hanya ingin menjadi biasa saja. Ya, menjadi seseorang yang luput dari jangkauan pujian dan tepukan sorak kagum orang-orang lain di sekitarnya. Disaat orang orang di sekitarku sedang mempersiapkan diri dan menyibukan diri dengan belajar, les, masuk organisasi dan mengikuti lomba agar populer atau karena ingin masuk Perguruan Tinggi Negri Favorit yang mereka cita cita kan. Aku menyibukkan diri dengan tidak menjadi apa apa. Aneh bukan? Menjadi biasa-biasa dan bukan siapa-siapa bukanlah suatu masalah. Aku hanya remaja yang tidak memiliki ambisi, itu saja. 

Bukannya aku tidak melakukannya, Belajar? Tentu saja, ingin menjadi biasa saja bukan berarti menjadikanku orang yang abai dengan pelajaran. Masuk peringkat 10 besar saja sudah cukup bagiku. Les? Orangtua ku tak punya cukup biaya untuk aku mengikuti les yang harganya selangit itu hanya akan menambah beban mereka. Organisasi? Ya aku mengikutinya, hanya ada satu ekstrakulikuler yang aku sukai. Lomba? Ini adalah salah satu hal yang tidak pernah terlintas difikiranku. Aku saja ingin menjadi biasa saja untuk apa aku mengikuti lomba?. 

Tujuanku hanya satu menjadi biasa saja dengan tidak mencolok berteman dengan sedikit orang, menghindari hal hal yang membuatku pusing dan tidak mencari masalah. Cukup sederhana bukan?.


Tahun pertama di SMA...


Orangtuaku tidak pernah menuntutku menjadi seseorang yang mereka inginkan. Aku dibebaskan untuk memilih apa yang aku mau dan bertanggung jawab akan hal itu. Tapi kenapa ini malah semakin membebaniku. Bagaimana kalau itu tidak sesuai apa yang mereka harapkan?.


Dimalam itu ibuku bertanya. "Li, kalau udah sekolah mau kuliah atau langsung kerja aja?."


Ayahku menanggapinya dengan menjawab. "Ya kalau mau kuliah harus disiapin dari sekarang, ikut organisasi kek, lomba, atau seminar sama cari tau dari teh Intan tuh dapet beasiswa kuliah di UPI."


Teh Intan adalah sepupuku yang sangat pintar, ia terkenal dengan nilai ulangannya yang selalu mendapat 100 sempurna. Hal itu selalu mendapat pujian dari keluarga besar ayahku. Aku selalu berfikir kenapa ada orang yang otaknya encer seperti itu?.


Aku seperti pikat kehilangan mata menanggapinya karna aku masih kelas 10 pada waktu itu. Aku baru saja beradaptasi memasuki SMA dan dengan berat berpisah dengan sahabatku di SMP dan pertanyaan ini selalu menggangu ku sejak masuk SMA bagai duri dalam daging. Apa memasuki SMA seberat ini? Ahhh aku tidak ingin menjadi dewasa secepat ini. Apa rencanaku selanjutnya? Kuliah? Kerja? Apa yang aku inginkan? Itu pertanyaan yang berat untuk ku.


Tahun kedua di SMA...


Kelas 11 bukanlah hal yang buruk. Dalam film film remaja yang sering ku tonton mereka akan menemukan jati diri mereka pada masa ini. Masa paling seru yang tak akan pernah terlupakan saat SMA.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline