Lihat ke Halaman Asli

Sibuk, Kok Bangga?

Diperbarui: 14 Juni 2022   01:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Kesibukan sepertinya menjadi standar rutinitas orang perkotaan. Dari pertanyaan sederhana seperti apa kabar saja, kini mengalami perubahan. "lagi sibuk apa nih?" itulah lontaran yang seringkali terdengar. Semakin sibuk seseorang, rasanya semakin terpandang Ia dalam pergaulan. Tapi, apakah perasa kesibukan merasakan kenikmatan? Dari hasil pengamatan pribadi, tidak ada yang menjawab iya. Sungguh ironi, bukan?

Mungkin tidak semua orang menyukai kesibukan. Ada yang memang punya tanggung jawab berlebih padahal bukan tupoksinya. Cukup prihatin. Tapi kadang mereka memaklumi, menganggapnya sebagai nasib. Padahal Tuhan telah menghamparkan pilihan. Nahasnya, apabila tidak beruntung, tak jarang Tuhan yang disalahkan. 

Jika mereka mendapat kesibukan karena ketidakmampuan menolak permintaan atasannya, yang ini berbeda. Ada yang mencari dan ingin terlihat melulu sibuk. Padahal, Ia pun bingung harus mengerjakan apa. Memang, semua kembali pada isi kepala. Ingin terlihat seperti apa?

Di sisi lain, adakah yang salah dengan lawan katanya, santai? Eits, jangan berpikir bahwa santai itu untuk menunda. Apalagi bermalas-malasan. Dengan santai, kita juga bisa tetap produktif. Bedanya, kita benar-benar menikmati proses dengan pelan tapi tetap sampai pada tujuan. 

Entah tujuan yang direncanakan atau tidak. Bisa jadi dalam sebuah persinggahan, ternyata itulah harapan yang dinanti.  Banyak pula orang sibuk berencana namun lupa apa yang semestinya disapa. Terlewat begitu saja. Padahal, mungkin itu yang dituju. Namun karena tak terlihat, mereka terus saja. Fokus pada yang diujung. Hingga lupa, tak sadar dengan apa yang mengena.

Mirisnya, banyak yang tersadar ketika mereka telah renta. Merasa rugi karena terlena dengan kesibukan yang fana. Tau-tau, tua. "Waduh, waktu muda, saya kemana saja?" sanggah bapak tua yang pensiun 5 tahun lalu bernama Djohan. Rupanya, saat itu Ia sibuk mengumpulkan banda. Kini, dilihat saja tidak. Bak pusaka yang kadaluwarsa. Tertumpuk begitu saja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline