Lihat ke Halaman Asli

Benahi Pendidikan Indonesia dari Akarnya

Diperbarui: 26 Juni 2022   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mudation.com

Membaca berbanding lurus dengan kesejahteraan, karena membaca adalah jembatan ilmu, dengan ilmu kita bisa menuju kesuksesan, dan kesuksesan adalah awal dari kesejahteraan. 

Jika masyarakat gemar membaca maka kesejahteraan pun akan meningkat, hal itu bukanlah hanya bualan saja, sudah terbukti dari negara dengan minat baca yang tinggi mereka memiliki kesejahteraan dalam bidang pendidikan maupun perekonomiannya.

 Sedangkan, dari data UNESCO  minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001, 1 dari 1,000 orang yang rajin membaca, hanya satu orang. Sangat memprihatinkan, pantas saja jika negara kita jauh tertinggal oleh negara lainnya yang memiliki minat baca tinggi seperti, Finlandia, Kanada, Selandia Baru, Austria, dan Belanda. 

Dalam bidang pendidikan terlihat sangat jelas negara Indonesia tertinggal jauh, padahal pendidikan sebagai tolak ukur kesejahteraan seseorang, namun dalam proses pendidikan masyarakat sering melewatkan hal-hal penting yaitu membaca. Banyak orang yang menolak untuk membaca karena menganggap dirinya sudah cukup ilmu.

Bagaimana masyarakat Indonesia akan sejahtera jika jembatan menuju kesejahteraan di lewatkan begitu saja, bahkan sebagian masyarakat menganggap membaca itu adalah hal yang kolot dan membosankan. Munculnya anggapan semacam itu karena kurangnya penanaman sejak dini. Hingga berakibat fatal di masa depan, terputusnya budaya membaca akan menyebabkan juga terputusnya kesejahteraan dan terciptalah kesenjangan dalam segala hal.

Merujuk pada tujuan 4 SDGS (sustainable development goals), literasi menjadi salah satu point di mana semua remaja laki-laki maupun perempuan, di tuntut untuk memiliki kemampuan literasi. yang di maksud literasi disini bukan sekedar tentang membaca saja, banyak orang yang salah paham dalam mengartikan literasi, 

maksud literasi itu membaca dengan memahami bacaan kita secara mendalam (mengkritisi). bukan hanya sekedar kegiatan membaca saja, menulis, menghitung, dan berbicara juga termasuk ke dalam literasi. dari paparan tersebut semoga kita tidak salah mengartikan lagi apa itu literasi. 

Untuk meningkatkan literasi haruslah di mulai dari membaca, Oleh sebab itu, kita remaja sebagai agen of change haruslah membuat perubahan, di mulai dari diri kita sendiri dengan meningkatkan minat baca, luangkan waktu minimal satu jam sehari untuk membaca. 

Dalam bidang pendidikan juga, hal ini menjadi tuntutan besar bagi kita sebagai calon pendidik, mari  kita mulai tanamkan pada peserta didik untuk gemar membaca sedari dini, biarkan membaca menjadi kebiasaan, kelak nanti dewasa peserta didik tidak akan kekurangan ilmu karena membaca sudah menjadi rutinitasnya. 

Selain itu, kita sebagai penerus bangsa sekaligus calon tenaga pendidik akan memiliki tanggung jawab besar di sini, untuk memberikan teladan dan pemahaman pada masyarakat awam, bahwa kegiatan membaca itu sangat penting, dari sedikit tindakan mungkin akan menjadi perubahan yang besar, 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline