Lihat ke Halaman Asli

Anisa Rahayu

Sejarawan Muda

Membandingkan Islam dengan Agama Lain, Padahal Belum Memahami Islam Itu Sendiri?

Diperbarui: 13 April 2020   00:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Agamaku Islam, karena orangtuaku juga Islam, dan aku dilahiran sebagai Muslim"


Terlahir sebagai seorang muslim tidak membuat seseorang secara otomatis dapat langsung memahami Islam. Perlu adanya upaya agar setiap muslim menjadi muslim seutuhnya, yaitu muslim yang memahami Islam sebagai agamanya.


Pada zaman serba pintar ini, banyak sekali orang yang mulai meragukan kepercayaannya akan Islam. Orang-orang mulai ragu akan sifat wujud Allah. Orang-orang mulai ragu akan kemurnian agama. Orang-orang mulai ragu akan setiap kewajiban yang harus ditunaikannya. Banyak sekali faktor yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Salah satu yang menjadi keresahan penulis yaitu, ketika seseorang meragukan Allah setelah ia mengisi penuh pikirannya dengan filsafat barat. Sehingga segala hal akan berbuah menjadi pertanyaan tiada ujung, salah satunya yaitu pertanyaan mengenai Allah.


Di sini, penulis tidak sepenuhnya menyalahkan ketika seseorang mengisi pikirannya dengan filsafat barat. Mari kita lihat pandangan seorang cendikiawan muslim yang banyak mempelajari pemahaman barat. Seorang cendikiawan yang senang mencari tahu segala hal sampai ke akar, yaitu Ali Syariati.


Menurut Ali, ada berbagai cara untuk memahami Islam. Salah satunya yaitu dengan mengenal Allah, dan membandingkannya dengan sesembahan agama lain. Cara lainnya yaitu dengan mempelajari Al-Qur'an, dan membandingannya dengan kitab samawi lain. Masih ada cara lain, yaitu dengan mempelajari kepribadian Rasul Islam dan membandingkan beliau dengan tokoh-tokoh besar pembaharuan yang pernah hidup dalam sejarah. Dan cara terakhir yaitu dengan mempelajari tokoh-tokoh Islam terkemuka dan membandingkan mereka dengan tokoh-tokoh utama agama maupun aliran pemikiran lain.


Melihat pandangan Ali mengenai cara memahami Islam, ada yang perlu kita garis bawahi di sana. Kita harus mengenal Islam terlebih dahulu sebelum membandingkannya dengan agama ataupun kepercayaan lain. Mari kita lihat pada cara yang pertama. Kita harus mengenal Allah sebelum membandingkan. Banyak kasus dalam praktik ini yang tidak sesuai dengan kaidahnya. Orang-orang mulai membandingkan Allah dengan Tuhan lain, padahal orang tersebut belum mengenal Allah. Ia belum tahu sifat-sifat Allah, belum mengenal utusan-utusannya, dan belum memahami firman-firmannya. Jadi bagaimana ia bisa menyalahkan Islam padahal belum mengenalnya?


Mari kita bayangkan ketika seseorang yang otaknya sudah penuh dengan pertanyaan akan Islam, namun enggan mengenal Islam itu sendiri. Pada akhirnya ia hanya akan meragukan Islam. Ia akan mulai mencari agama lain yang menurutnya lebih benar. Ia datangi tempat ibadah agama tersebut, mengkaji kitabnya, mencari tahu perintah serta larangannya, kemudian merasa cocok dan memutuskan untuk berpaling dari agama Allah yaitu Islam. Tapi, ia lupa bahwa ia belum benar-benar mengenal Islam. Ia tidak pernah memahami betul isi Al-Qur'an, belum membaca sejarah Nabi, belum tahu hukum-hukum Islam, dan bahkan belum pernah menyentuh buku Tauhid.


Mari kita lihat Qur'an Surat Ali 'Imron ayat 85-89, yang artinya:


"Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi (85). Bagaimana Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka beriman, serta mengakui bahwa Rasul (Muhammad) itu benar-benar (rasul), dan bukti-bukti yang jelas telah sampai kepada mereka? Allah tidak memberi petunjuk kepada orang zalim (86). Mereka itu, balasannya ialah ditimpa laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya (87). Mereka kekal di dalamnya, tidak akan diringankan azabnya, dan mereka tidak diberi penangguhan (88). Kecuali orang-orang yang bertobat setelah itu, dan melakukan perbaikan, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (89)."


Pada ayat di atas disebutkan bahwa Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang zalim. Jelas bahwa orang yang sebelumnya beriman kemudian berpaling dikategorikan sebagai orang yang zalim. Bagaimana tidak? Ia bahkan belum sepenuhnya mengenal Allah namun sudah berani berpaling dan menyalahkannya. Bahkan Allah juga menjanjikan azab yang amat berat pada mereka.


Na'udzubillahi min dzalik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline