Lihat ke Halaman Asli

Anggie D. Widowati

Penulis, Psikolog, Pegiat Literasi

Perempuan di Kebun Bunga

Diperbarui: 14 Oktober 2018   05:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ratih tersenyum dengan sorot mata sinis. Dengan tergesa dia menutup pintu rumahnya yang bergaya minimalis itu. Setelah pintu jati itu tertutup rapat, dia bergeser ke jendela dan mengintip di balik gorden. Seorang perempuan yang diketahuinya bernama  Anna  masih menyiangi rumput dan mengatur taman. Wajahnya putih, terkesan pucat dan datar.

"Kurang kerjaan, kalau aku sih malas menyiangi rumput begitu, bikin tangan kotor," kata Ratih pada Jati suaminya yang sedang membaca buku di ruang tamu.

"Siapa Ma?" tanya suaminya tak mengerti maksud istrinya.

"Tetangga depan tuh, sok sibuk, sok dekat dengan alam, sok baik. Kalau disapa saja mlengos, pura-pura tidak dengar," katanya geram.

"Oh Bu Anna itu, baguslah punya kesibukan berkebun, sehat," celetuk suaminya.

"Lho Papa malah membelanya?" Ratih makin geram.

"Membela siapa?" suaminya bingung meletakkan buku yang dipegangnya.

"Membela dia, perempuan sok cantik dan berbudi itu."

"Ya tidaklah Ma, untuk apa, kenal juga tidak."

"Nah kan sudah sebulan disini tetapi tidak mau kenal dengan tetangga, dasar perempuan songong."

Ratih mendengus kesal lalu meninggalkan suaminya yang terheran-heran dengan amarah istrinya yang tak ada ujung pangkalnya. Sampai tega mengeluarkan kalimat kebencian pada tetangga yang suka berkebun itu. Jati membuka sedikit gorden untuk melihat rumah tetangga depannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline