Lihat ke Halaman Asli

Gerakan Membacakan Buku bagi Anak Sebelum Tidur

Diperbarui: 6 Maret 2019   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(depositphotos.com)

Dulu ibu saya selalu bercerita, mendongeng apa saja sebelum saya dan adik tidur. Sampai sekarang itu masih membekas, teringat terngiang.

Pun demikian saya dan istri, kami mencoba membacakan cerita bagi anak kami khususnya menjelang tidur. Intensitasnya jelas istri saya yang lebih banyak membacakan cerita sebelum tidur. Saya, dianggap tidak menarik cara membacanya. Anak saya lebih memilih bundanya bercerita.

Awalnya memang anak saya tak peduli cerita sebelum tidur ini. Tapi konsistensi istri membacakan cerita ternyata berbuah hasil. Ia mulai meminta dibacakan, bahkan berulang-ulang. Kadang istri sampai kelelahan.

Dari bacaan ini ia kenal Pooh, Paman Rabit, Berry Beruang, dan nama-nama lainnya. Ia bertualang bersama Mowgli di hutan, Dino, Cican, dan lainnya. Ia kenal banyak tokoh tahu banyak karakter. Dia ulang-ulang cerita bundanya dengan cara dia. Senang rasanya.

Ketika berumur 1-2 tahun buku yang kami belikan tidak pernah awet. Pasti tercabik-cabik, rusak dengan sukses dalam beberapa menit. Tapi sekarang (usianya menjelang 4 tahun) buku-bukunya relatif awet. Jika dibelikan buku baru ia akan memilih. Ia pun senang ketika kami belikan satu-dua buku. Bahkan sering meminta. Jika ke toko buku ia memilih sendiri bukunya.

Kami tak tahu ikhtiar untuk membuat anak kami gemar membaca ini akan berhasil atau tidak, tapi setidaknya sudah sedikit menunjukan hasilnya. Ia mulai akrab dengan beragam buku. Selalu senang mendengarkan ketika dibacakan dan bertanya ini dan itu.

Gerakan literasi dari rumah menurut saya sangat penting. Pembiasaan dari hal paling kecil sangat penting. Suka buku karena keluarga memberi contoh. Setiap hari bertemu dengan buku dan menjadi akrab.

Di salah satu hotel di Pangandaran ketika saya sedang bertugas di sana ada satu keluarga bule, entah dari negara mana, sedang bersantai di kolam renang. Dan yang dipegang bukan gadget. Ibu bapak anak-anak memegang buku dan membaca. Sungguh pemandangan keren. Mereka asyik membaca buku sambil santai, menikmati hidup. Kesukaan membaca ditularkan dari dalam lingkup terkecil, keluarga.

Jika kita meniru, maka harus ada upaya kuat. Sedihnya, buku di Indonesia, terutama yang bagus, apalagi berbahasa Inggris, memang masih sangat mahal. Menguatkan semangat baca memang butuh uang. Dan tak heran jika kelas menengah atas. Lebih terpapar beragam referensi.

Sayangnya perpus kita belum bagus kondisinya.  Jadi tak ada alternatif. Di saat minat baca belum oke, gadget menyerang. Wassalam. Minat baca kita bukan semata rendah, tetapi juga karena memang tak ada yang bisa dibaca. Dan tak ada yang memberikan pilihan-pilihan bacaan yang bagus.

Para pustakawan keliling yang berkelana mendatangi anak-anak dan dikerubuti dengan antusias membuktikan bahwa sesungguhnya minat baca kita tak rendah-rendah banget. Hanya karena tidak ada buku saja. Dan akhirnya tak suka baca, tak terbiasa membuka buku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline