Lihat ke Halaman Asli

Andrian Habibi

Kemerdekaan Pikiran

Pemuda Adalah Kunci

Diperbarui: 30 Oktober 2018   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemuda sedang menikmati euferia kejayaan masa lalu. Dahulu, saat pemuda bangsa bersatu. Mencari titik temu. Mereka menemukan suatu gagasan pemersatu. Pada kemudian hari, suara-suara persatuan mereka dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.

Sepanjang catatan sejarah kepemudaan bangsa. Para putra dan putri nusantara masih mengamini semua sumpah itu. Sampai sekarang, sumpah berbangsa yang satu, bertanah air yang satu dan berbahasa yang satu, mengikat kita untuk mengawal keberlanjutan kehidupan bernegara dengan semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Meskipun hanya rangkaian kata. Sederhana dan tidak menggunakan bahasa ilmiah. Kata-kata pada sumpah pemuda masih cukup kuat. Seakan-akan, sumpah itu yang memberikan harapan. Bahwa, pemuda Indonesia harus tetap bersatu padu. Mencintai bangsa, negara dan bahasa persatuan, Indonesia.

Sekarang, 28 Oktober 2018, cukup lama dari masa sumpah diteriakkan secara bersama. Pemuda masih saja hafal. Sampai-sampai, nada-nada persatuan keluar ketika tanggal 28 Oktober tiba. Segenap pemuda pun merenungi panggilan jiwa. Yaitu, panggilan untuk menyelesaikan semua masalah bangsa. Untuk melangkah maju dalam persatuan dan kesatuan jiwa muda.

Bertanya Kepada Pemuda

Akan tetapi, apakah sekarang sumpah itu masih memiliki kekuatan pemersatu bangsa? Saat kondisi sosial dan politik sedang tidak bersahabat. Saat pemuda terpecah menjadi dua. Semua memiliki keberpihakan yang mengancam persatuan. Sungguh, rentetan pertanyaan yang mengejar. Seakan-akan muncul dari arwah deklarator sumpah pemuda. Wahai pemuda Indonesia, seberapa besar kepentingan politikmu, bila dibandingkan dengan persatuan anak bangsa Indonesia?

Apakah kita benar-benar menjaga persatuan. Coba tanyakan kepada diri. Tanyakan juga pada para pendukung Jokowi dan Pranowo. Benarkah kita bersatu? Sulit untuk menjawab kata iya. Karena itu, untuk apa euferia kejayaan pemuda masa lalu? Kalau hanya sebagai pengingat dan postingan foto di media sodial. Apakah itu langsung menjanjikan persatuan? Atau hanya menggugurkan teknis keharusan memperingati sumpah pemuda.

Bukan masalah besar, jika kita memperingati sumpah pemuda. Dengan berbagai cara, termasuk menciptakan foto dan video. Setidaknya, itu pertanda kita masih mengingat hari sumpah pemuda. Hari dimana pemuda memberikan harapan lahirnya NKRI. Aktifitas yang mejaga ingatan sejarah Indonesia.

Sumpah Pemuda & Politik

Akan tetapi, apakah sumpah pemuda menjadi penawar potensi pembelahan pemuda secara nasional? Itu yang harus kita cari jawaban secara bersama-sama. Pemuda harus kembali bersumpah. Teriakan tentang persatuan yang sama. Baik dulu hingga sekarang. Agar arwah para pemuda tenang di alamnya. Melihat pemuda berjanji dan berikrar. Apapun situasi politik kekinian, persatuan Indonesia adalah final dan mengikat.

Bangsa yang satu, bangsa tanpa pembelahan politik. Mau mendukunh Jokowi. Ataupun fans berat Prabowo. Indonesia tetap satu sebagai bangsa. Semua anak bangsa berkewajiban menjaga semangat persatuan kebangsaan. Pilihan politik anak muda hanyalah bentuk partisipasi aktif. Ikut memainkan peran untuk belajar. Dan mempersiapkan estafet kepemimpinan. Melalui pengalaman berpolitik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline