Lihat ke Halaman Asli

Andy Tirta

Peace comes from within, don't seek it without.

Kontrak Freeport Vs Kawin Kontrak

Diperbarui: 19 Juni 2020   07:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Komplek pelacuran terbesar Dolly di Surabaya telah dibubarkan dan ditutup.
Kalijodo lokasi pelacuran dan perjudian terkenal di Jakarta pun sudah ditutup. Kalijodo sudah disulap menjadi taman bermain.

Itu pertanda pemimpin Surabaya dan Jakarta yang membubarkan dan menutup kedua lokasi prostitusi itu adalah pemimpin-pemimpin yang baik dan bijak, yang tidak ingin ada lokasi-lokasi yang merusak moral warganya, berada di wilayah yang dipimpinnya!!

Namun, coba tengok kawasan Puncak, Jawa Barat. Sejak dulu, terdapat lokasi-lokasi prostitusi. Bahkan, ada perkampungan yang para warganya menyediakan (available) "kawin kontrak". Para orangtua "menjual" anak-anak perempuannya kepada turis-turis yang berasal dari timur tengah. Anak-anak perempuan mereka "dikawinkontrakkan" kepada turis-turis itu dengan perjanjian. Turis-turis itu membayarkan sejumlah uang. Dan para orangtua menyerahkan anak-anak perempuannya kepada para turis itu untuk dijadikan istri . Tetapi, hanya dijadikan istri dalam waktu yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Kayak mengontrak rumah atau rumah susun. Habis masa kontrak ya tinggalkan.

Timbul pertanyaan : bukankah kawin kontrak itu adalah sama saja dengan prostitusi yang diperhalus atau prostitusi yang disamarkan dengan cara agama???

Lalu, bagaimana dengan anak-anak yang lahir dari hasil kawin kontrak itu? Para anak itu tentu akan tumbuh tanpa mengenal ayahandanya! Anak-anak itu lahir sebagai anak yatim!

Lalu, apa yang akan dilakukan para pemimpin yang memimpin wilayah itu???
Tidak adakah muncul sebuah pemikiran yang baik dan bijak untuk membenahi kawasan itu? Supaya tidak adalagi kawin kontrak, yang jika kita mau jujur itu sama saja dengan "prostitusi yang diperhalus", bukan??

Disamping itu, yang penting adalah para pemimpin di daerah itu harus memiliki kewajiban untuk memikirkan pertumbuhan para anak dan bagaimana kejiwaan (psikologis) dan kebatinan dari anak-anak yang dilahirkan dari kawin kontrak itu!!

Lalu, apabila pemerintah daerah terus membiarkan kawin kontrak itu, apakah juga pemerintah pusat ikut membiarkan???

Lalu, buat apa rakyat ramai-ramai ikut pesta demokrasi memilih para anggota DPRD, Bupati, Gubernur, anggota DPR, dan Presiden dengan menghabiskan dana besar pula????

Pemerintah dan para petinggi jangan cuma mengurusi hal-hal besar. Tapi, masalah-masalah dan kasus-kasus kecil dibiarkan berlarut-larut.

Jokowi sudah membuktikan mampu  merenegosiasi kontraknya Freeport dan membubarkan Petral dan HTI. Semua itu dilakukan Jokowi adalah untuk memajukan dan menyejahterakan seluruh Rakyat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline