Lihat ke Halaman Asli

Andi Samsu Rijal

Peneliti Bahasa dan Budaya

Exposure Produk Makanan: Miskomunikasi antara Influencer dan Pemilik Restoran

Diperbarui: 10 April 2023   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi Selebram minta makan gratis, sumber foto; detik food, detik.com

Exposure pada dasarnya merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh influencer untuk membantu menambah peminat dan meningkatkan brand produk tertentu. 

Influencer biasanya bekerja sama dengan pemilik produk tertentu kemudian melalukan exposure di media sosial miliknya. Namun ada beberapa produk tertentu yang tidak mesti dilakukan dengan exposure. Sebaliknya bahwa tidak semua klien menginginkan exposure yang dilakukan influencer.

Influencer pada media sosial dianggap memiliki pengaruh besar dalam menaikkan rating perusahaan dan meningkatkan penjualan produk tertentu. Influencer dengan pengaruhnya dapat menggaet pelanggan. 

Namun beberapa influencer di Indonesia merasa bangga akan kehadirannya sebagai pembawa pengaruh lantaran memiliki followers yang banyak  pada berbagai akun media sosial miliknya. Sehingga terkadang ia merasa dibutuhkan oleh perusahaan atau jasanya sangat diperlukan oleh pemilik produk. Terkadang ia berkunjung ke rumah makan tertentu merasa bahwa jika saya makan di tempat ini maka dapat mempengaruhi banyak orang. 

Namun kenyataannya bahwa tidak semua pemilik produk makanan tidak memahami sistem kerja influencer. Tidak sedikit di antaranya sering terjadi miskomunikasi antara influencer dengan pemilik restoran atau dengan pelayan. Di mata pelayan bahwa siapapun yang berkunjung maka ia harus dilayani dengan baik dan setelah itu mereka harus bayar.

Seperti salah satu isu yang beredar di media sosial bahwa salah satu influencer atau sebut ia food vloger. Dalam salah satu wawancara bahwa ia berkunjung ke salah satu restoran dan dilayani layaknya pengunjung umum, namun ia malah balik bertanya bahwa boleh saya tunjukkan followers saya? dan beliau diacuhkan begitu saja. 

Keinginannya selain untuk makan ia juga akan melakukan exposure produk makanan agar ia dapat mendapatkan pelayanan istimewa dari restoran yang dimaksud. Namun dipikiran pelayan bahwa selama tidak ada catatan dari pimpinannya maka semua pengunjung harus memiliki posisi yang sama.

Demikian dari pihak restoran bahwa mengganggap tidak semua produk harus dibayar dengan exposure. Berbeda dengan produk lain atau bisnis lainnya yang memang terkadang membutuhkan exposure. 

Di mata owner restoran bahwa taste and service adalah prioritas. Sehingga mereka merasa bahwa produk restorannya tidak mesti dengan exposure yang dilakukan oleh influencer. 

Dalam konteks inilah bahwa terkadang terjadi ketidak profesionalitas dari pihak influencer yang dengan seenaknya meminta layanan istimewa dari pemilik restoran atau dari pelayan. Sehingga exposure untuk produk makanan perlu ada kesepakatan dari awal sehingga tidak mesti semuanya tiba-tiba.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline