Lihat ke Halaman Asli

Andi Samsu Rijal

Peneliti Bahasa dan Budaya

Biaya Haji dan Urgengsi Haji bagi Kalangan Masyarakat Bugis

Diperbarui: 29 Januari 2023   17:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Strata sosial masih menjadi variabel yang turut mempengaruhi keberlangsungan kehidupan sosial bagi sebagian kalangan masyarakat termasuk di kalangan masyarakat Bugis. 

Strata sosial dianggap sebagai prestise bagi mereka. Terlebih jika mereka memiliki strata sosial tertentu seperti gelaran Bangsawan, gelaran pangkat karena jabatan politis di pemerintahan, atau gelaran dalam bidang agama karena berprofesi sebagai Imam masjid, pendakwah terlebih jika sudah menunaikan salah satu rukun islam yang satu ini sehingga mendapatkan gelaran Haji. 

Gelaran yang terakhir ini yakni Haji adalah salah satu jalan bagi kelompok tertentu agar dapat naik kelas bila gelaran lain tidak dapat diraih atau bahkan bisa dipadukan dengan aspek gelaran sosial lain misalnya ia merupakan keturanan bangsawan, ASN dan pejabat bahkan ia juga sudah ibadah Haji maka sempurnahlah sudah prestise yang dimiliki. Tetapi yang terpenting bahwa meski sesorang ingin berHaji tanpa panggilan hati dan atas isinNya maka gelar Haji juga tidak bisa dimiliki.

Kompleksitas masyarakat kita (Nusantara) begitu heterogen. Bagi dari suku etnik, maupun agama. Demikian pula pandangan kita terhadap kehidupan sosial dan agama juga berbeda. 

Seperti penulis alami yakni di kalangan bugis, sejauh ingatan saya bahwa urgengsi gelar haji masih menjadi fenomena sosial di masyarakat Bugis. Meski tidak semua mengamani namun pada umumnya demikian terjadi. 

Sebelum membahas lebih jauh terkait Gelaran Haji dan biaya haji yang tiap tahun naik bahkan quota pun dibatasi, saya akan sedikit menyinggung kedua aspek gelaran lainnya. 

Pertama bahwa gelaran (gelar) Bangsawan pada dasarnya merupakan pemberian dan penghargaan pada masa kerajaan Bugis. Pada masa tersebut terdapat tiga gelar yakni gelar LA, Daeng, dan Andi. 

Gelar La ini memiliki prestise karena ketangguhan, keberanian seseorang bahkan karena sesuatu hal luar biasa pada dirinya sehingga diberi gelaran LA. Oh yah gelar LA ini khusus untuk lelaki di masa itu. selanjutnya gelar Daeng. 

Gelar daeng mungkin sudah tidak asing bagi semua orang. Pada dasarnya gelar Daeng sedikit berbeda dengan apa yang lazim pada masyarakat etnik Makassar. 

Gelar daeng bagi kalangan Bugis di sebelum era 1930an dijadikan sebagai awal nama pada nama seseorang misalnya Daeng Makkulle. Seiring perkembangannya gelar Daeng tersebut hanya sebagai nama kedua atau Paddaengang bagi kalangan masyarakat Bugis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline