Lihat ke Halaman Asli

Ali Mencari Rupiah Lewat Sablon

Diperbarui: 19 Desember 2016   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari kian berlanjut, kebutuhan hidup terus menumbuh. Keterbatasan ide menjadi persoalan, kemampuan mengambil peluang menjadi tatangan. Dan kini pemuda kreatif asal Lingkungan Desa Candi Kec Madapangga Kab Bima ini mencoba membuktikan diri dalam mengambil kesempatan ditengah hiruk-pikuk keresahan kita menghadapi persaingan masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang sudah di depan mata.

Budiman Aliansyah adalah lelaki rendah hati, kelahiran Bima 17 November 1992 ini membuka usaha sablon sampingan. Usaha yang sedang dikembangkan hanya fokus pada sablon baju oblong dan topi. Pesanan pun fariasi, namun yang mendominasi adalah kata-kata inspirasi - motivasi Bima-Dompu yang menyimpan banyak makna tentang arti kehidupan.

Idenya datang dari pangilan jiwa, atas keterbatas keluarga ia mencobah mencari celah untuk mengurangi beban yang diderita. Namun rasanya tak semudah yang dibayangkan, ia sering merasa ketakutan untuk berbisnis, di satu sisi karna modal tak mendukung, jaringan belum ada, dan kepercayaan orang lain juga belum terarah. Semuanya berangkat dari awal, dari keterbatas wawasan dan pemahaman. Hanya saja yang membuat ia bertahan adalah nilai kemandirian hidup.

Ali nama sapaan anak pertama dari tiga saudara. Lelaki yg terlahir dari kandungan Ibu Kartini dan Bapak Mahmud ini kuliah di Stmik Bumigora Mataram, jurusan Teknik Informatika. Sebelumnya Ali tidak pernah terbayang untuk masuk di perguruan tinggi komputer, sama sekali tidak ingin menatap apalagi harus menetap. "Sebab baginya komputer adalah hanya kecerdasan buatan oleh orang-orang diatas IQ rata-rata, fungsi dan tujuannya sama sekali buta. Bahkan tentang internet saja baru-baru ini yang saya tau apa lagi media informasi lainya" Ungkapnya.

Pengetahuan ia tentang internet sangat minim, Ali hanya mengetahui media sosial facebook dan Video audio Youtube. Selain itu hambar. Menakutkan baginya. Cara memanfaatkan facebook pun tidak tahu, baginya facebook adalah media interaksi untuk teman-teman diluar daerah, mendekatkan yang jauh. Memudahkan silaturahmi antar sesama, menanyakan keadaan kondisi tentang kebaikan dan kesedihan.

Sangat suram, dunia tak seperti yang ia ketahui tentang bagaimana cara mencari rezki dengan kekuatan sendiri. Tak ingin menganggap bahwa semuanya harus bergantung penuh pada orang tua dan keluarga. Ia terus memompa panji-panji kesadaran, mengasah potensi, melatih kecerdasan, dan membina waktu se-efektif mungkin untuk menghasilkan hal-hal yang bermanfaat.

Hari-harinya selalu berada didepan layar monitor, mencari beberapa kata-kata mutiara untuk membakitkan motivasi diri dari tokoh-tokoh besar, kadang membaca buku dan browsing artikel inspirasi.

Selain itu, di depan internet ia terus browsing tentang multimedia. Yaitu Desaig. Karna dari awal ia suka dengan seni keindahan. Sejak itu ia mulai mengetahui Software CorelDraw dan Photoshop. Melatih desaig dengan cara-cara sederhana, mulai dari membuat nama, Id Card, Cover, Spanduk, dan apa saja yg terpenting berlatih untuk mempertajam imajinasi.

Untuk menjawab keresahan diri. Tatapan matanya penuh dengan harapan besar. Tidurnya agak kurang, sarapanya mulai teratur, bermain pun berhati-hati. Semua penuh dengan kesungguhan hati. Bahkan untuk menggurangi diri dari keterpurukan dan ketertinggalan sekalipun. Ia terus belajar tak pernah henti, apagi menyia-nyiakan waktu berlalu tanpa arti.

Sehingga kini, facebook menjadi andalan buah bibir utama bagi usahanya. Memanfatkan media sosial untuk berjualan online, hasilnya pun sangat fantastik. Perbulan bisa mencapai Rp 400.000 - 600.000 meraih keuntungan. Biaya kehidupan tidak lagi menunggu kiriman dari orang tua, saat ini ia sedang menabung, mencoba merubah awan baru untuk membiayai kuliahnya sendiri. Sebetulnya tak ada yang istimewah darinya. Ia hanya orang kampung biasa yang sedang menaiki tangga secara perlahan-lahan namun pasti.

Semua tentu butuh proses. "Nilai ke egoisan dan gengsi dilupakan dulu, mari sejenak menatap jiwa, bercermin diri, terus bersabar, nyalahkan semangat. Percayalah bahwa proses tidak pernah menghianati hasil" terangnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline