Gemericik air menghantam atap tubuh yang kaku
Sampai nadi bergejolak merenda di waktu pagi tanpa seduhan kopi gapura
Alam sudah menjauh dari ketenangan, mungkinkah menjelma dalam bayang jutaan dulam api
Aku membuka lagi kenangan menyedihkan ini
Hasrat yang kelewatan padanya membuat rerumputan mewek dalam cemburu
Pitam naik sendiri merengkuh bait kata yang terlontar pedas setiap kali mabuk kepayang
Aku diam saja meskipun kipas ingin menghamili bersama angin kedalam perutnya
Minggu pagi yang indah berasa masam tak mengerti mengapa
Nyaris Juntai meratapi sepersekian detik tanpa cintaku yang dimakan senja
Meski fajar menyingsing menggantinya dengan kemolekan,tapi malam tadi mengiris kepahitan empeduku
Aku berkata pada kebodohanku sendiri untuk menyingkap segala kegilaan
Kegilaan enyahlah...
Jangan pernah kembali sebelum obat luka kudapati
Zainudin,15 April 2018