Lihat ke Halaman Asli

"Efek" Pernikahan Mantan

Diperbarui: 15 April 2018   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gemericik air menghantam atap tubuh yang kaku 

Sampai nadi bergejolak merenda di waktu pagi tanpa seduhan kopi gapura

Alam sudah menjauh dari ketenangan, mungkinkah menjelma dalam bayang jutaan dulam api

Aku membuka lagi kenangan menyedihkan ini

Hasrat yang kelewatan padanya membuat rerumputan mewek dalam cemburu

Pitam naik sendiri merengkuh bait kata yang terlontar pedas setiap kali mabuk kepayang

Aku diam saja meskipun kipas ingin menghamili bersama angin kedalam perutnya

Minggu pagi yang indah berasa masam tak mengerti mengapa

Nyaris Juntai meratapi sepersekian detik tanpa cintaku yang dimakan senja

Meski fajar menyingsing menggantinya dengan kemolekan,tapi malam tadi mengiris kepahitan empeduku

Aku berkata pada kebodohanku sendiri untuk menyingkap segala kegilaan

Kegilaan enyahlah...

Jangan pernah kembali sebelum obat luka kudapati

Zainudin,15 April 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline