Lihat ke Halaman Asli

Hening

Diperbarui: 18 November 2021   05:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di pagi yang dingin itu, Andi beranjak dari tempat tidur nya dengan teramat malas, "hoooam.." Mulutnya menguap dengan lebar, ia pun menatap kosong isi rumahnya yang berantakan itu.

Di luar sana, hujan sedang membasahi bumi dengan cukup deras, tak ada sinar matahari, tak ada kehangatan.

Setelah menyeduh kopi hitam, Andi pun mengambil jaket yang semalam ia pakai bekerja,tiba tiba saja handphone nya berdering. Bu Kos.

" Andi!, ibu ingetin sekali lagi ya, sekarang udah bulan ke dua kamu nunggak, kalau sampai bulan ini kamu ga bayar lagi, ibu pas...." Andi langsung putuskan telpon itu. Ia sudah muak dengan ucapan ibu kos dua bulan ini.

Handphone nya kembali berdering.Ibu Kos. Sontak Andi matikan data seluler nya.

Hening, Satu kata yang mewakili kondisi perasaan Andi, tak ada seorang pun yang membuat nya bersemangat untuk melakukan sesuatu.

Ia telah lama hidup sebatang kara, sejak kecil ia telah dititipkan di panti asuhan. Orang tuanya meninggal karena kecelakaan.

Hening, sejak ia hidup di panti hingga kini, ia tak pernah lagi merasakan perasaan kasih sayang, apalagi masalah percintaan. Haha, sungguh mengenaskan.

Andi selalu berharap akan kedatangan suatu keajaiban, bila mana ia hidup mandiri di luar panti, namun setelah setahun, nampaknya "keajaiban "Itu belum juga muncul.

Ia tak mengharapkan keajaiban berupa kekayaan ataupun ketenaran seperti yang banyak orang idamkan, ia hanya ingin satu. hilangnya keheningan dalam hidup nya.

Tak terasa, Andi telah menyeruput habis kopi hitam sambil merenungi kehidupan nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline