Lihat ke Halaman Asli

Achsinul Arfin

Suka membaca dan menulis

Shock Therapy di Penghujung 2022

Diperbarui: 2 Desember 2022   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: finmas.co.id

Kabar badai PHK perusahaan berbasis teknologi terus bergulir. Para perusahaan startup yang sebelumnya digadang-gadang menjadi perusahaan pendatang yang dapat menyerap banyak tenaga kerja, tapi ketika masuk akhir tahun 2022 justru melakukan perampingan besar-besaran dengan alasan resesi global.

Awalnya, para perusahaan startup sebelum Covid-19 sangat luar dielu-elukan, meski berusia masih seumur jagung, sebut saja-- Gojek--, tingkatannya sudah menjadi Decacorn dengan valuasi 10 Milyar, bahkan banyak media yang memberitakan apabila nilai tersebut lebih tinggi daripada perusahaan penerbangan Garuda.

Ketika tulisan ini dibuat pada tanggal 2 Desember 2022, ada sekitar 17 startup yang melakukan perampingan, di antaranya: Ajaib, Sirclo, Grab Kitchen, GoTo, Ruangguru, Shopee Indonesia, LinkAja, Tokocrypto, Tanihub, Zenius, SiCepat, JD.ID, Pahamify, Mobile Premier League, Xendit, dan Lummo.

Memang tidak bisa dipungkiri, jika perkembangan teknologi pesat, kebanyakan tenaga manusia pun akan berganti dengan mesin atau aplikasi.

Di sisi lain, ada juga startup yang tidak langsung lepas tangan begitu saja ketika mereka melakukan pemutusan hubungan kerja, mereka berinisiatif memberikan pelatihan dan konsultasi supaya pekerja yang mendapat dampak phk menjadi lebih mandiri.

Hal yang membuat ketakutan berlebihan kepada resesi adalah bagaimana informasi yang semakin lama semakin tidak terbendung, bahkan beberapa waktu lalu banyak sekali influencer yang ramai-ramai membuat konten, menunjukkan bagaimana mengerikannya resesi terjadi, sehingga membuat masyarakat menjadi gaduh.

Selain di Indonesia badai PHK di luar negeri pun juga menerjang para pekerja berbasis teknologi internasional, sebut saja Facebook, Twitter, Amazon, mereka juga mengurangi para karyawannya sebagai efisiensi untuk menyelamatkan perusahaan.

Di masa depan para anak-anak muda yang memiliki jam terbang yang masih panjang diharapkan bisa mengasah skill menjadi lebih mumpuni, sehingga badai phk yang terjadi tidak terlalu berdampak apabila setiap individu memiliki pondasi yang kokoh, walaupun ada karyawan yang terkena PHK mereka masih memiliki skill mumpuni untuk menggarap usaha di bidang usaha lain.

Apakah mungkin badai PHK besar-besaran ini juga akan mengguncang perusahaan berbasis nonteknologi juga, mengingat di awal tahun tentunya UMR dan juga biaya hidup akan ada kenaikan?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline