Momen lebaran memang harus disambut dengan suka cita. Itulah alasannya mengapa orang rela pulang ke kampung tiap lebaran tiba. Merayakan lebaran di kampung halaman jauh lebih menyenangkan daripada dengan di kota. Jangan heran, jika tiap lebaran, kota-kota menjadi sepi. Jalanan yang biasanya macet menjadi kosong dari lalu kendaran: mobil atau sepeda motor.
Tiap lebaran tiba, saya pulang ke kampung halaman di Trueng Campli, sebuah mukim di Kecamatan Glumpang Baro, Pidie. Kampung kami berada tidak jauh dari areal tambak udang. Nah, momen pulang kampung kerap kami manfaatkan untuk memancing ikan di sungai, atau menjala ikan di tambak. Jika tidak ada tambak sendiri, biasanya kami memilih menjala ikan dan udang di tambak keluarga dekat.
Kami biasanya mulai meramin (makan bersama-sama) di tambak itu pada lebaran kedua. Kami pergi beramai-ramai, umumnya masih ada hubungan famili. Selama di perantauan kami jarang berkumpul, jadi momen lebaran kami manfaatkan untuk kumpul-kumpul keluarga dengan cara memasak di tambak. Itulah yang kami lakukan saban tahun tiap lebaran tiba.
Nah, jika sudah ada ikan/udang dan kepiting, mulailah acara memasak dimulai. Ikan jenis mujair atau bandeng kami bakar. Sementara kepiting dan udang kami jadikan campuran memasak mie. Sementara untuk nasi biasanya kami bawa dari rumah. Jadi, di tambak kami hanya membakar ikan dan memasak mie instan. Siang hari ketika semua sudah siap, barulah kami santap ramai-ramai.
Sembari menunggu masakan matang, beberapa dari kami biasanya memilih berenang di sungai, kami menyebutnya alue (alur), yaitu sungai yang khusus untuk mengairi tambak. Jika dilihat sekilas, kegiatan berenang kami itu mirip dengan berenang ala prindavan. Itu karena air sungai yang sedang pasang berwarna pekat. Oh ya, air sungainya asin, loh!
Begitulah cara kami merayakan lebaran, sangat seru. Lihat saja keseruan tersebut melalui video yang kami lampirkan.