Lihat ke Halaman Asli

Agung Laksono

Putune mbah nun

Buat DK

Diperbarui: 30 Agustus 2019   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buat DK

Mahasiswi  pertanian.

Di malam yang senyap,  kau memintaku membuatkan puisi setelah tahu kalau aku pandai cipta kata, semua orang juga penyair, dek.  Begitupula dia yang menjatuhkanmu sejatuh-jatuhnya dalam satu larik sajak janji. Aku hanya penyair biasa yang sedang memunguti  air mata yang mengalir deras di pipi, air mata yang tercecer dibawah temaram lampu depan perpustakaan, di tepi jalan menuju masjid  dan dekat pohon bungur samping fakultasku kemudian dengan air mata itu kusiram semai-semai  di arboretum kampus dan nanti akan muncul ribuan bunga mekar yang indah merekah.

                Dek, kau tahu banyak ranting yang patah tapi sehabis itu tumbuh batang yang lebih baik, ada yang hilang akan terganti, kisahmu bukan diujung cerita hanya sedang berada di satu titik pemberhentian yang harus beristirahat rehat sejenak agar kau bisa memulai kisah yang lebih menarik.

                Tampaknya kau sering mengeluh, bukankah dunia ini sudah penuh oleh keluh-keluh manusia yang tak punya iman pada tuhan ? sekarang baru menyadari tidak semua harus ditanggapi dengan rasa karena pada ujungnya kekecewaan itu sebagai epilognya.

                Dia yang kau disebut setiap malam, berharap dia adalah lelaki yang siap hidup menyatu dalam takrif panjang  mengenai cinta antar insan tapi hanya kata-kata yang berbusa, ah tampaknya benar semua orang bisa berkata-kata meskipun miskin makna.

                Berbicara mengenai cinta, Homo sapiens selalu bertingkah aneh nyelneh , kata sujiwo tejo kalau cinta tanpa kalkulasi tanpa perhitungan matematis, tidak ada kurangnya, tidak ada pembagiannya tapi kau sekarang ditinggalakan karena kekuranganmu dan cintamu terbagi dengan yang lain.

                Dk adalah duka kelam, senasib itukah dirimu ditinggal pergi begitu saja hanya dengan alasan yang diluar akal ? maaf aku sekarang tak pandai membuat puisi yang mendayu sayu tapi bolehkah aku berpesan ?.

                Setiap yang ditakdirkanNya adalah kebaikan, kau harus menemui luka seperih itu agar  hati nanti sekuat besi. Tetap semangat karena kita hanya disuruh menuntaskan garis takdir dan tabah menerima dari yang Maha Segala.

                Dan terakhir lebih baik menerima jangan pernah melupakan ingatan karena setiap kejadian adalah pembelajaran.

 Sekian.

Bertanggal ulang tahunku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline