Lihat ke Halaman Asli

Alipir Budiman

hanya ingin menuliskannya

Kritikan dari Siswa, Diterima atau Ditolak?

Diperbarui: 29 Maret 2020   04:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Beberapa hari terakhir ini, viral sebuah tulisan atas nama Imas Masrikah yang memposting kalimat "Anak Sekolah Libur Panjang, Enak Dong Pada Guru Gaji Buta"

Sontak saja, para fesbuker terutama yang berstatus guru ribut dan memberi banyak komentar. Bahkan, komen-komen tidak enak didengar juga banyak. Ketika saya membaca status tersebut, saya hanya tersenyum, dan berkata dalam hati: berarti penulis status ini tidak mengerti dengan permasalahan yang sedang terjadi.

Dah itu saja. Seandainya yang mengucapkan kalimat tersebut adalah siswa di sekolah kita, pastilah dia akan "diseret" ke Ruang BK, dan akan banyak guru yang menghakiminya. Namanya siswa, tentu saja tidak semuanya seperti yang kita inginkan. Ada banyak siswa yang nakal, lantih, kritis dan sebagainya. Bahkan, saya kira banyak siswa yang nyinyir juga sebagian ada benarnya.

Saya tidak lagi mempermasalahkan kalimat dalam postingan fesbuk Imas Masrikah di atas, tetapi hanya mengambil persamaan dari kasus tersebut dengan kejadian yang sering dialami di sekolah. Sama-sama suka nyinyir terhadap guru.

Saya sangat sering menerima nyinyiran atau lebih tepatnya sindiran siswa kepada guru, dan lebih menerimanya sebagai sebuah kritikan, dengan catatan, nyinyiran siswa itu tidak menjurus kepada fisik seseorang. Oya, nyinyir, nyindir, dan kritikan itu beda tipis ya..

Guru A ini tipenya pemarah dan jarang tersenyum di kelas. Mengajarnya tidak jelas, tapi kalau siswa tidak mengerti dia marah. Guru B ini seperti guru yang sombong, dan suka membanggakan dirinya sendiri di depan siswa. Guru C mudah marah sehingga siswa selalu takut. Guru D selalu minta dilayani berlebihan, harus ini dan itu sebelum guru tersebut masuk kelas. Guru E tidak bisa mengajar dan setiap masuk hanya memberi tugas meresume. Guru F terlalu gaul dengan siswa sehingga seolah-olah lupa dirinya seorang guru. Guru G seperti obat tidur, ngantuk apabila beliau mengajar. Guru H sering tidak masuk kelas. 

Tidak ada yang salah dari komentar siswa di atas. Mereka memandang guru dari sudut pandangnya sendiri. Mereka menilai karena kesehariannya di sekolah, yang selalu memantau pergaulan, tutur kata dan sikap para gurunya.

Dari kritik itulah, guru sebenarnya bisa memperbaiki kualitas dirinya: sikap dan keterampilannya. Selama ini, guru jarang mendapat masukan dari teman sebayanya, karena perasaan sungkan. Kepala sekolah  yang menjadi atasannya juga banyak "menipu" dengan memberi angka-angka yang bagus dalam daftar Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang dibuat setiap tahun, sehingga guru merasa apa yang dilakukannya sudah baik.

Jadi intinya, terkadang omongan siswa itu benar. Hanya kita kadang-kadang tidak mau menerimanya. Dari itulah, mari introspeksi diri. Monggo diterima, bila apa yang dikatakan mereka itu benar, dan mari memperbaikinya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline