Lihat ke Halaman Asli

Alina Widya

Penyuka wangi puisi

Time (Part 1)

Diperbarui: 6 Maret 2019   09:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mesin-waktu-old-5a5b9d3d16835f0310466cf2

Saat ini adalah awal bulan Oktober yang mulai berangin dingin. Hujan lebat belum mulai turun namun gerimis beberapa kali membasahi tanah dan menimbulkan keharuman tanah basah dengan wangi alami.

Dew baru saja membuka matanya ketika dilihatnya jam yang terletak di meja samping ranjang menunjukkan pukul enam. Ia melirik Erin yang tertidur dengan nyaman seperti bidadari dalam ranjang berbulu lembut. Wajahnya merah jambu tanpa polesan make up tampak sangat alami. Dew tersenyum memandang wajah manis yang semalam menjelma menjadi ratu cinta bagi dirinya. Selimut yang sedikit tersingkap memperlihatkan pinggul Erin yang melengkung indah. Dew mengusap pinggul itu dan membetulkan letak selimut agar tubuh Erin yang polos tetap terasa hangat.

Dew berusia lima puluh lima tahun dan Erin baru memasuki usia duapuluh lima tahun ini. Dew telah mengenal Erin sejak lama, bahkan keberadaannya di apartemen ini sebenarnya hanya untuk menemukan cinta Erin yang sempat tertunda. Tanpa sepengetahuan Erin, Dew adalah pria dari masa depan.

Tahun 2010

Dew bertemu Erin ketika mereka bekerja sama dalam sebuah proyek sains daru sebuah Universitas Teknik terkemuka yang dipimpin oleh Profesor Donny. Sebuah proyek pembuatan mesin waktu yang melibatkan beberapa ahli. Dew adalah salah seorang Doktor dibidang ilmu Fisika yang masih belia. Kecerdasan dan daya tarik pria itu membuatnya cukup populer di kalangan mahasiswi dan rekan kerjanya sendiri. Sedangkan Erin adalah asistennya, seorang mahasiswa S3 yang magang namun Profesor Donny mengetahui bahwa di masa depan Erin mampu menjadi seorang yang menguasai sain dengan cemerlang.

Sukses proyek mesin waktu di tandai dengan ditangkapnya seorang gembong mafia berbahaya atas kerjasama dengan pihak aparat. Mesin waktu menjadi primadona dan merupakan sebuah fenomena yang mampu menarik perhatian publik. Seiring waktu karier Dew semakin bersinar, ia semakin meninggalkan sebuah hati yang diam-diam mengagumi dan mengharapkan cintanya, Erin....

Namun Erin sadar bahwa dirinya hanya sebuah bayangan yang tak tampak bagi seorang Dewangga. Ia hanya mampu memendam rasa dan memandang kilau cahaya Dew dari kejauhan. Erin tidaklah terlalu buruk namun Dew tidak pernah menyadari diam-diam Erin menemukan fakta bahwa kelainan jantung Dew tak kan bertahan lama karena faktor kelelahan dan kesibukan yang sangat menyita waktu pria itu.

Hari itu segalanya tampak sempurna dalam sebuah wawancara dengan media televisi swasta. Dew sangat sempurna mengurai setiap pertanyaan sampai beberapa detik setelah acara berakhir Dew terjungkal dari tempat duduknya. Tubuh kaku dan membiru tak bisa menunggu sampai mereka membawanya ke ruang ICU...

Erin yang masih berada di kampus mendengar berita itu segera berlari menuju rumah sakit. Sebelum berangkat ia sudah memperingatkan Dew dengan keringat dingin yang ada di sekitar wajahnya..

"Sebaiknya kamu cek kesehatan setelah ini.. kulihat wajahmu sedikit pucat.." Erin berharap Dew mendengarkannya.

"It's OK.... Aku hanya sedikit lelah... setelah ini Shania akan mengajakku beristirahat di villanya... see you.." Dew melangkah keluar ruangan, meninggalkan pandangan pedih kedua mata Erin..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline