Nasihat "jadi diri sendiri" sering terdengar sejak kecil. Tapi di era media sosial, tuntutan sukses, dan tekanan standar hidup tinggi, apakah nasihat ini masih relevan?
Secara psikologis, "jadi diri sendiri" berarti hidup selaras dengan nilai pribadi---dikenal sebagai authenticity. Teori seperti self-determination theory menunjukkan bahwa manusia butuh otonomi, kompetensi, dan keterhubungan. Menjadi diri sendiri membantu memenuhi kebutuhan itu, terutama otonomi.
Namun, ini tidak berarti kita menolak perubahan atau kritik. Justru, menjadi diri sendiri berarti jujur terhadap siapa kita, sekaligus terbuka untuk tumbuh.
Di zaman sekarang, nasihat ini tetap penting sebagai pegangan agar tidak terseret arus ekspektasi sosial. Tapi perlu pemahaman dewasa: jadi diri sendiri bukan keras kepala, melainkan tahu kapan harus fleksibel tanpa kehilangan jati diri.
Kesimpulannya, nasihat ini masih relevan selama kita tahu bahwa keaslian bukan titik akhir, tapi proses terus-menerus mengenali dan mengembangkan diri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI