Lihat ke Halaman Asli

Melepaskan Penyu Lekang di Sungai Manggar

Diperbarui: 18 Januari 2019   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Pribadi

Mengenai daging penyu yang dimakan, terus terang saya sendiri pernah melihat bagaimana daging  penyu itu disate. Penyu itu, pertama-tama dibawa ke darat dan diikat. Agak lama dibiarkan di darat. Penyu  kadang meronta-ronta, mulutnya kadang mengeluarkan liur kental yang berbusa,  tapi tetap saja dibiarkan terikat dan tidak dipedulikan. Sebelum penyu itu dicincang, terlebih dahulu penyu harus dipotong lehernya seperti memenggal sapi. H

arus ada orang yang memegang leher penyu pakai tali penjerat, agar lehernya tidak melengkung ke belakang. Ketika penyu mengerang dan penjagal masih mengiris leher, saya menatap matanya. Begitu dalam. Kedua kerling matanya mengeluarkan air mata. Ketika penyu dinyatakan mati, air mata itu masih tersisa. Menggores di bawah bola matanya. 

***

Sore hari, sebelum matahari terbenam, Rabu, 16 Januari 2018, sahabat saya Purwanto---sapaan akrabnya Ipung---menelepon, mengabarkan bahwa ada penyu yang tidak sengaja menabrak renggek (alat tangkap nelayan) nelayan. Penyu itu, kata Ipung,masih berada di perahu nelayan dan  ingin dilepaskan kembali ke Sungai Manggar. Namun, ia butuh teman untuk mendokumentasikan pelepasan penyu tersebut.

Penyu itu berada di bagian tengah kapal. Menggeliat. Kulihat punggungnya terdapat lumut hijau yang sudah kering. Pasti penyu ini berumur tua.

"Sini, biar aku yang video dan kamu yang lepas?" kata saya.

"Kamu saja, Po' (lengkapnya Sappo', bahasa Bugis, artinya sepupu. Sapaan ini sudah umum digunakan orang Balikpapan). Aku tidak pakai baju ini, dan tidak enak, masa' di video tidak pakai baju."

Hari itu Ipung bertelanjang dada. Hanya memakai celana kolor. Maklum, ia sering bertelanjang dada karena jarak Sungai Manggar dari rumah kami tidak terlalu jauh. Jadi, ia menyarankan agar saya yang melepaskan penyu tersebut.  

Saya mengangkat penyu itu. Berat sekali. Mungkin beratnya sekitar 20kg ke atas. Sebelum saya lepaskan ke sungai, Ipung berkali-kali memberitahukan agar saya hati-hati dan  pelan-pelan melepaskannya. Jangan langsung dilepaskan, tunggu kedua kaki bagian depan meraskan air dan dikipas-kipas. Ketika ada aba-aba darinya, baru saya lepaskan. Cepat sekali penyu itu berenang.

Perasaan saya saat itu ada dua, sangat senang dan terharu.

Setelah itu, hasil rekaman video saya unggah di media sosial pribadi saya. Saya tegaskan bahwa ini bukanlah suatu pencitraan. Tanggapan dari kawan saya sangat positif dan saya menarik kesimpulan : ternyata kita masih peduli dengan kelangsungan hidup penyu, namun kadang tidak berbanding terbalik dengan realita alam di sekitar, di mana masih membuang sampah di laut dan hanya sibuk mengkampanyekan jangan buang sampah sembarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline